Surat Gembala, 18 Juli 2016
Sedapat mungkin seorang atlet menggunakan pakaian yang ringan, sehingga tidak mengganggu gerak tubuhnya ketika sedang berlari. Berat badan juga diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan tubuh yang ideal bagi seorang atlet lari. Kecepatan dalam berlari, dibutuhkan keterampilan dan tubuh yang ideal. Segala sesuatunya harus dilatih dan dipersiapkan dengan baik. Seorang atlet lari hanya dipersiapkan untuk berlari tanpa dibebani oleh apa pun sehingga akan dapat mencapai garis finis dengan cepat dan segera memndapatkan mahkota sebagai hadiahnya. Tugas kita adalah menjadi saksi Kritus dan memiliki iman yang sempurna sebagaimana yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus (Ibr.12:2). Kejatuhan Adam ke dalam dosa telah mewariskan kodrat dosa yang telah mendarah daging kepada seluruh keturunannya (Rom. 5:19). Dosa telah memisahkan hasrat Allah dengan hasrat manusia. Manusia bergerak atas dasar apa yang ia ingini, bukan lagi apa yang diingini oleh Allah. Dosa terus menuntut untuk dipuaskan dalam daging, yaitu keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup, dimana hal itu bukan berasal dari Bapa (1Yoh. 2:16). Ketiga hal itu telah menjadi “kebutuhan hidup” manusia pada umumnya. Keadaan ini adalah turunan dari kodrat dosa dan telah menjadi beban yang berat bagi manusia.
Jika tidak segera disadari, maka kodrat dosa ini terus menyeret-nyeret manusia kepada jebakan Iblis yang menuntun kepada maut. Hidup wajar tidaklah melanggar hukum, tetapi jika hal itu menjadi pokok perburuan, maka hal itu akan menjadi beban berat dan dosa dalam diri seseorang sehingga akan mengaburkan fokus panggilan seseorang untuk menjadi saksi Kristus dalam kesempurnaan iman (Ibr. 12:1-2). Hidup orang percaya bagaikan ikan di dalam akuarium di mana dapat dilihat dengan jelas oleh siapa pun. Paulus mengupamakan bahwa kita dikelilingi oleh banyak saksi yang bagaikan awan. Hal ini menggambarkan betapa hidup orang percaya menjadi sorotan banyak orang. Pada waktu surat Ibrani ini ditulis, jemaat sedang mengalami aniaya berat sehingga jika mereka tidak memandang kepada Kristus yang juga telah menderita oleh pihak orang berdosa, maka iman mereka tidak akan menjadi sempurna.
Sering kali kita telah menjadi payah di dalam menjalani proses penyempurnaan iman karena beban keinginan hidup dan kodrat dosa kita. Kedua hal ini harus dilepaskan terlebih dahulu, sehingga kita dapat memenuhi kualifikasi sebagai orang yang boleh masuk ke dalam perlombaan yang diwajibkan yaitu, sempurna seperti Kristus di hadapan Bapa. Iman yang dituntun kepada kesempurnaan hanya akan terwujud jika kita mau dididik dan diajar oleh Tuhan melalui segala peristiwa hidup yang Allah hadirkan bagi kita dan bila perlu sampai mencucurkan darah. (Ibr. 12:1-3). Oleh sebab itu, langkah awal kita untuk memiliki iman yang sempurna (kembali berkarakter Ilahi) kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan beban (kebutuhan makan dan minum serta keinginan daging) dan dosa (kodrat dosa). Jika sudah demikian, maka kita akan dapat lebih mudah dikembalikan kepada rancangan semula, walaupun tidak mudah juga sebenarnya. Proses ini harus berjalan bersama-sama. Ketika seseorang berusaha melepaskan seluruh beban dan dosanya, maka pada saat yang sama seseorang sedang menuju perlombaan yang diwajibkan yaitu, sempurna. Jika sudah demikian, maka mahkota surgawi akan layak dianugerahkan kepadanya. Bagaimana dengan perjalanan iman kita selama ini? Apakah masih berkutat di dalam perkara-perkara yang justru membebani pertumbuhan iman kita? mari kita koreksi bersama-sama. Amin.
“Iman yang dituntun kepada kesempurnaan hanya akan terwujud jika kita mau dididik dan diajar oleh Tuhan melalui segala peristiwa hidup yang Allah hadirkan bagi kita.”
Berita Terbaru