Satu-satunya kerinduan dari orang yang mengalami tekanan hidup adalah terlepas dari tekanan itu, sehingga jiwanya mampu mengalami kelegaan. Kata Kelegaan berasal dari kata sifat lega yang dapat di artikan, lapang, luas, tentram, tidak kuatir lagi (KBBI, 2014). Kelegaan bisa diartikan sebuah keadaan tentram, nyaman tanpa gangguan. Kelegaan akan memiliki nilai yang tinggi jika hal itu dialami oleh orang yang mengalami tekanan. Jadi tekanan dan kelegaan adalah sebuah mata rantai yang tidak bisa dilepaskan.
Bagi Schapelle Leigh Corby, mengenai Keppres No. 22/G Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Presiden SBY pada 15 Mei 2012 merupakan berita yang sangat melegakan karena ia terbebas dari vonis hukuman mati. Apalagi ketika mendengar Presiden Jokowi menolak grasi terhadap tervonis mati “bali nine”, berita itu menambah betapa berharganya grasi yang diberikan oleh mantan Presiden SBY baginya.
Keputusan Tuhan untuk mengundang dan mengajak semua manusia adalah sungguh berita yang sangat melegakan (Mat. 11: 28). Undangan dan ajakan ini menjadi berita baik karena bukan hanya melepaskan manusia dari himpitan hidup hari ini saja, tetapi juga mendidik manusia agar terlepas dari hukuman kekal. Undangan ini berlaku bagi semua orang, tetapi tidak semua orang mau menerimanya. Ada satu kekuatan besar dalam diri manusia yang mampu menyeretnya sampai kepada maut, yaitu keinginan atau nafsu (Yak. 1:14-15). Lingkungan telah mewarnai jiwa seseorang, apa yang dilihat dan didengar telah teradopsi menjadi jati diri. Keadaan inilah yang membinasakan manusia, mengapa demikian? Karena keadaan ini dianggap sebagai hal yang wajar, sehingga manusia secara perlahan dan pasti bergeser dari kehendak Tuhan yaitu sempurna seperti Bapa.
Kelegaan dalam teks Yunani menggunakan kata anapauso (????????? = anapauo?), yang dalam bahasa Inggris digunakan kata rest yang bisa diartikan berhentian dari segala kelelahan, atau dapat di kalimatkan; istrihat sejenak dari keletihan akan pengejaran terhadap sesuatu. Mengapa harus berhenti? Jika seseorang bisa berhenti, maka ia menjadi tenang, sehingga ia bisa berpikir dengan jernih dan siap diajar oleh Tuhan. Menikmati kelegaan Tuhan, tidaklah gampang, karena berbanding berbalik dengan citarasa manusia pada umunya. Oleh karena itu, harus dilatih sedemikan rupa sampai benar-benar kelegaan Tuhan menjadi satu-satunya pilihan hidup. Masalah ekonomi, kesehatan, keluarga, dan masih banyak lagi adalah sarana dari Tuhan sebagai media untuk melatih kita agar terbiasa menerima kelegaan-Nya. Amin – Solagracia –
Berita Terbaru