Berdiri Di Hadapan Allah

HomeBlogBerdiri Di Hadapan Allah

Berdiri Di Hadapan Allah

Hari ini orang berolok-olok tentang Tuhan Yesus, dan bahkan menganggap rendah sekali diri-Nya. Dia adalah Raja segala raja yang kekuasaan-Nya kekal, Hakim yang adil dan setiap orang pasti menghadap tahta pengadilan-Nya, karena penghakiman yang diserahkan kepada Tuhan Yesus oleh Allah Bapa. Dia adalah Sang Penguasa jagat raya beserta isinya, atau dalam bahasa Yunani disebut “Kurios” yang sejajar dengan raja (Flp. 2:9-11). Bisa dimengerti jika sikap itu dilakukan orang-orang yang tidak mengenal-Nya walaupun tentunya tetap ada konsekuensi yang harus mereka tanggung. Dan sebenarnya tidak ada alasan jika kelak manusia berkata, “Tuhan aku tidak pernah mendengar tentang Engkau, karena aku tinggal di pedalaman.” Secara logika, Allah tidak fair jika tidak pernah memperkenalkan diri-Nya tetapi mengadili manusia menggunakan standar pengenalan terhadap diri-Nya. Tahu banyak dituntut banyak tahu sedikit dituntut sedikit.

Menjadi celaka bagi orang yang sudah mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi sikapnya tidak mencerminkan rasa hormat yang pantas kepada-Nya sebagai penguasa semesta. Bicara berdiri atau duduk sebenarnya itu berbicara sikap. Di mana kita duduk disitulah kita berdiri dan ke mana kita berjalan ditentukan pula dari mana kita berdiri.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam (Mz. 1:1-2). Dari rangkaian ayat di atas sangat jelas menunjukkan sikap dan perilaku seseorang, sikap dan perilaku itu ditentukan bagaimana dan dengan siapa mereka bergaul, karena akan berakibat sampai kepada kekekalan. Berbahagialah orang yang menghormati Tuhan secara pantas sejak di bumi ini, karena hal itu akan menjadi kesukaan bagi-Nya. Adapun sikap itu adalah meneladani sikap Kristus dan menghidupi apa yang telah Ia teladankan. Orang yang terbiasa hidup berkenan kepada Allah selama di bumi ini maka ia akan berbahagia kelak, karena ia akan tahan berdiri di hadapan Anak Manusia (Luk. 21:36).

Tahan berdiri artinya, bisa mempertanggungjawabkan seluruh kehidupannya selama di bumi ini. Adapun orang-orang seperti ini di bumi pasti :

  1. Menghormati Tuhan secara pantas.
  2. Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa.
  3. Melayani Dia dengan segenap hidup; dan
  4. Hidup dalam kesucian sesuai standar Tuhan

Inilah kehidupan orang yang takut akan Tuhan.

Jika seseorang telah menjalani kehidupan seperti di atas maka bertemu muka dengan muka dengan Tuhan adalah satu-satunya kerinduan yang sangat didambakan, karena ia yakin akan perkenanan Tuhan. Betapa mengerikan pertemuan dengan Anak Manusia kelak bagi mereka yang hidupnya tidak mengasihi Tuhan secara benar, karena kegelapan abadi akan menjadi tempat baginya selama-lamanya. Hari ini Tuhan sepertinya diam seribu bahasa ketika manusia menyepelekan akan keberadaan-Nya, dengan hidup tidak takut dan mengasihi-Nya, tetapi kelak semua lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah. Kedewasaan rohani memiliki peran penting dalam hal ini, dengan demikian ia mampu berpikir Theosentris (Berpusat pada Tuhan) bukan egosentris (berpusat pada diri sendiri). Orang seperti ini pastilah akan rela menderita bersama dengan Kristus sebagai sikap berdiri di hadapan Allah. Amin.

“Hari ini Tuhan sepertinya diam seribu bahasa ketika manusia menyepelekan akan keberadaan-Nya, dengan hidup tidak takut dan mengasihi-Nya, tetapi kelak semua lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet