Begitu berbahayanya ajaran sesat yang memberitakan Injil lain, sehingga Paulus mengatakan bahwa siapapun yang mengajarkan ajaran yang sesat tersebut (sekalipun ia adalah malaikat) akan terkutuk (Gal. 1:1-10). Tuhan Yesus pun dengan tegas berkata: “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut” (Mat. 18:6). Kata “anak-anak kecil” dalam teks aslinya adalah mikros (??????). Hal ini menunjuk pada orang-orang yang dianggap tidak penting atau orang-orang yang dengan polos dan tulus hendak belajar kebenaran. Para penyesat tidak memperjuangkan keselamatan jiwa mereka di kekelaan. Sebaliknya sering mereka dieksplioitasi.
Mengapa Tuhan bergitu tegas dan keras memperlakukan para penyesat tersebut? Sebab dari kehidupan anak dunia yang belum berpikir seperti Allah berpikir, seharusnya jemaat dituntun untuk mengerti kebenaran Allah agar berpikir seperti Allah berpikir. Dengan demikian mereka diubah untuk menjadi anak-anak Allah. Perubahan untuk menjadi anak-anak Allah dan tidak sama dengan dunia dimulai dari perubahan pikiran (Rm. 12:2). Inilah yang disebut sebagai proses keselamatan, yaitu usaha membawa mereka masuk ke rancangan Allah semula. Tetapi oleh para pengajar sesat jemaat yang tidak atau belum memiliki pengertian yang cukup mengenai kebenaran diarahkan kepada pikiran manusia atau pikiran yang bukan dari Allah. Dengan demikian merka malah melestarikan pikiran dunia yang seharusnya diganti. Pada dasarnya para pengajar sesat tersebut tidak mengajarkan kebenaran Injil, tetapi mengemas ajaran setan dengan bungkus ayat-ayat Alkitab. Harus diingat dan diperhatikan, bahwa setan pun menggunakan nama Allah, dan ajaran Alkitab untuk menyesatkan umat Allah. Ketika Tuhan Yesus menghadapi Iblis pada pencobaan di padang gurun, Iblis pun menggunakan ayat-ayat Alkitab (Mat. 4:1-11). Oleh sebab itu jemaat Tuhan harus diingatkan bahwa iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang.
Paulus mengajarkan agar kita bersikap tegas, artinya dengan terang-terangan menolak pemalsuan Injil yang sebanarnya bukan Injil yang benar. Orang percaya harus berani berseru selantang-lantangnya dan berbicara tegas mengenai kebenaran. Konsekuensi logisnya banyak orang terganggu yaitu mereka yang telah sesat dan terjerat oleh iblis (2 Kor. 11:3-4). Dalam hal ini, kita sering di cap sebagai “menyerang gereja dan pendeta lain”, dianggap kepahitan dan lain sebagainya. Tetapi demi kebenaran dan keselamatan banyak orang, kita harus berani memperjuangkan dan berkorban apa pun demi kebenaran Tuhan. Kita harus turut bertanggung jawab atas keadaan ini. – Solagracia –
Berita Terbaru