Surat Gembala, 12 Juni 2016
Paulus berkata bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah (2 Kor. 5:9-10, 1Kor. 9:27). Berusaha berkenan kepada Allah sama halnya dengan berusaha sempurna seperti Bapa (Mat.5:48). Seperti inilah sikap orang-orang yang menghormati dan mau melakukan perintah Tuhan Yesus (Yoh.14:15,21, 23,24 dan lain). Tentu perintah Tuhan Yesus di sini tidak berhenti kepada melakukan hukum-hukum, tetapi kesediaan untuk menghormati perkataan Tuhan Yesus dengan jalan melakukan kehendak Bapa yaitu berkenan dan sempurna (Mat. 7:24-29). Hanya orang yang bersedia dan berusaha untuk berkenan kepada Bapa saja yang disebut orang yang mengasihi Dia. Orang-orang seperti inilah yang layak untuk digarap oleh Bapa agar sempurna seperti Kristus. Inilah yang disebut sebagai orang yang percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan, artinya Penguasa hidup mereka.
Sering kali orang yang mengaku Kristen beranggapan bahwa, Tuhan sedang berkompetisi dengan agama dan aliran kepercayaan untuk mendapatkan simpati manusia. Mengapa demikian? Di dalam sepanjang abad, nuansa kompetisi antar agama memang tetap kental. Tidak jarang kondisi ini menyulut fanatisme buta yang menimbulkan sentimen antar agama sampai berujung kepada perang antar agama, sejarah telah mencatat dan membuktikannya. Sampai hari ini, kita masih melihat di seluruh penjuru dunia, di mana terjadi aneksasi (pengambil alihan suatu wilayah dengan paksa) dengan semangat penyebaran agama. Tidak segan-segan mereka merenggut hak hidup orang lain secara tidak manusiawi. Inilah yang disebut diktator mayoritas seperti yang sering kita dengar. Bagi orang Kristen yang tidak mengenal kebenaran berpikir bahwa Tuhan ikut dalam kompetisi tersebut. Bagi orang Kristen yang tidak mengenal kebenaran, berpikir bahwa, bersyukur jika sampai hari ini masih menjadi orang Krsiten, rajin ke gereja bahkan masih eksis di dalam pelayanan. Dengan berpikir demikian, mereka merasa telah menyenangkan hati Bapa dan sudah tidak menjadi penting untuk hidup dalam pemerintahan Kerajaan Allah. Bagi mereka, membela Kristus cukup dengan beragama Kristen dan rajin melakukan liturgi Kristen. Akibat pikiran picik seperti ini, mereka merasa sudah layak untuk mendapatkan perlakuan istimewa dari Tuhan sebagai umat yang terpilih. Mereka menempatkan Tuhan sebagai Pribadi yang ‘wajib’ memberi layanan istimewa dibandingkan dengan orang yang tidak percaya.
Jika demikian, apa dan bagaimana kekristenan yang benar menurut Alkitab?
Menjadi orang Kristen harus melampaui keberagamaan pada umumnya, yang hanya diwakili dengan ketaatan kepada hukum-hukum agama. Menjadi Kristen harus melampaui ranah teologi dan apologetika. Kristen yang benar yaitu sebuah pengejawantahan pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup sehari-hari. Hanya dengan cara demikian seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang menerima Pribadi Kristus yang Agung. Pembelaan terhadap eksistensi agama Kristen tidaklah memiliki arti bagi Tuhan, jika ternyata pribadi manusianya tidak mengejawantahkan pengakuan iman Kristennya. Tindakan ini tidak memiliki nafas Injil yang sesungguhnya. Hidup Kristen adalah, proses sosialisasi masyarakat Kerajaan Allah dalam kebenaran. Hal ini tidak memerlukan sikap arogansi atau pedang, tetapi cukup dengan peragaan kelembutan kasih Kristus dalam diri orang percaya. Mari kita koreksi diri kita masing-masing, jangan-jangan selama ini kita telah melakukan perongrongan terhadap kewibaan pemerintahan Allah. Pastikan kekristenan kita merupakan representasi karakter Kristus yang sesungguhnya, bukan sekadar beragama semata. Selamat berjuang di dalam Tuhan. Amin.
“Pastikan Kekristenan kita merupakan representasi karakter Kristus yang sesungguhnya, bukan sekadar beragama semata.”
Berita Terbaru