Surat Gembala, 11 SEPTEMBER 2016
Orang yang mengandalkan Tuhan secara dewasa tidak memaksakan kehendaknya agar Tuhan menyelesaikan masalah-masalah menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani. Sementara melewati berbagai perjuangan hidup ia berusaha menemukan kehendak Tuhan di balik pergumulan hidupnya. Dalam hal ini yang penting bukan bagaimana persoalan hidup dapat diselesaikan, tetapi apa yang dihasilkan bagi karakternya dalam menghadapi persoalan hidup tersebut. Kita percaya Tuhan selalu memberi jalan keluar atas semua kesulitan hidup yang kita alami, tetapi lebih dari jalan keluar atas persoalan hidup kita, Tuhan lebih peduli memberi jalan keluar atas cacat karakter kita.
Tentu saja semua orang mengharapkan hidup tanpa kesulitan. Itulah sebabnya orang berusaha untuk menjauhkan diri dari berbagai kesulitan dan berharap jika kesulitan-kesulitan hidupnya dapat tertanggulangi maka ia merasa bahagia. Biasanya manusia merasa dan berkeyakinan tidak akan dapat memiliki kebahagiaan kalau situasi hidupnya tidak menyenangkan. Mereka lebih berusaha bagaimana menemukan jalan keluar dari berbagai kesulitan hidupnya tetapi tidak mempersoalkan bagaimana menemukan jalan keluar dari cacat karakternya. Tentu saja mereka berurusan dengan Tuhan bukan karena menggarap cacat karakternya tetapi bagaimana menemukan hidup yang tidak ditekan oleh kesulitan. Jelas mereka tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan.
Berbeda dengan orang percaya yang benar. Mereka adalah orang-orang yang walaupun dalam kesulitan, tetapi kebahagiaan jiwanya tidak terganggu sebab ia menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan hidup ini. Dalam keadaan yang paling buruk ia tetap kokoh menikmati damai sejahtera Tuhan, sebab Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya, ia merasakan kehadiran-Nya dan memiliki pengharapan bahwa suatu hari nanti akan selalu bersama dengan Tuhan. Mereka merasa bahagia jika hubungan dengan Tuhan terbangun baik dan mereka merasakan kehadiran-Nya. Mereka tidak merasa bahagia kalau hanya hidup tanpa kesulitan. Suasana jiwanya tidaklah dipengaruhi oleh lingkungannya. Sekalipun ekonominya baik, rumah tangganya dalam ukuran dunia dipandang harmonis dan bahagia, tubuh sehat dan lain sebagainya, tetapi semua itu tidak dapat menciptakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Walau hidup berlimpah dengan harta dan tanpa kesulitan apa pun tetapi kalau merasa hubungannya dengan Tuhan tidak harmoni, maka jiwanya sangat terganggu. Tentu saja orang-orang seperti ini secara terus menerus dan intensif mencari Tuhan, bukan hanya pada waktu sedang ada dalam keadaan hidup yang sulit. Dalam segala situasi mereka akan selalu mencari Tuhan. Sejatinya yang dicari dari Tuhan bukan kuasa dan berkat-Nya tetapi Tuhan sendiri sebab itulah berkat yang sangat didambakan. Inilah mengandalkan Tuhan secara dewasa. Untuk itu, ia berusaha bertumbuh secara dewasa untuk memiliki kekudusan seperti yang Tuhan kehendaki yaitu segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Inilah yang disebut sebagai “mengimbangi moral Tuhan”. Hanya orang yang dapat mengimbangi moral Tuhan artinya memiliki kekudusan seperti kekudusan-Nya yang dapat bersekutu dengan Tuhan atau berjalan seiring dengan Dia. Hanya orang-orang yang berjalan seiring dengan Tuhan yang dapat menikmati Tuhan secara benar atau secara proporsional. Dengan demikian hanya orang yang memiliki kekudusan seperti Tuhan yang dapat menikmati kebahagiaan di dalam Tuhan. Kalau damai sejahtera dari dunia ini dapat dinikmati oleh siapa pun karena ditopang oleh fasilitas materi dunia, tetapi damai sejahtera Tuhan adalah damai yang melampaui segala akal yang dapat dinikmati dalam segala keadaan. Dengan pengandalan akan Tuhan secara dewasa ini yaitu menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya, maka sikap hatinya menjadi benar di hadapan Tuhan. Ini adalah persiapan untuk kekekalan. Amin
“LEBIH DARIPADA JALAN KELUAR ATAS PERSOALAN HIDUP KITA, TUHAN LEBIH PEDULI MEMBERI JALAN KELUAR ATAS CACAT KARAKTER KITA.”
Berita Terbaru