Niat baik tidaklah cukup untuk dijadikan modal dalam melayani Tuhan. Keselarasan cita rasa dengan Tuhan menjadi hal yang sangat penting. Standard pelayanan adalah kepuasan hati Bapa, bukan kepuasan kita. Tuhan Yesus telah melakukan-Nya dan itulah compassion-Nya. Compassion berarti sympathetic pity and for suffering or misfotunes of others (simpati atau rasa terbeban dan belas kasihan terhadap penderitaan atau kemalangan orang lain). Tuhan Yesus telah mengambil alih maut yang seharusnya dialami manusia, seharusnya tidak perlu Ia lakukan. Ia tahu betul bahwa penderitaan fisik yang Ia alami di atas kayu Salib tidak sebanding dengan kebinasaan yang akan dialami oleh manusia, keadaan inilah yang menjadikan Ia tidak bergeming menghadapi siksaan itu. Suasana hati seperti ini hendaknya menjadi dasar pelayanan anak-anak Tuhan.
Yunus telah memberitakan akan adanya hukuman Allah kepada bangsa Niniwe, alih-alih mengharapkan bangsa Niniwe bertobat, tetapi yang terjadi ia tidak rela jika orang non-Yahudi diselamatkan. Yunus melakukan perintah Tuhan tetapi tidak memiliki perasaan yang sama dengan si Pemberi perintah. Perasaan seperti ini juga telah terjadi dalam hati banyak pelayan Tuhan hari ini. Mengapa bisa demikian? Sebab mereka sendiri tidak pernah terbeban dengan keselamatan jiwanya. Melengkapi hidup dengan berbagai fasilitas dianggap sebagai bentuk upaya telah menyelamatkan jiwanya, tanpa disadari tindakan ini sebenarnya membunuh diri sendiri. Mereka melakukan hal ini karena tidak mengenal kebenaran Tuhan. Mereka orang-orang yang bermoral baik, tetapi fokus hidupnya bukan pada kekekalan, tetapi kepada perkara duniawi. Orang seperti ini tidak mampu memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 6:21). Jangankan memiliki compassion untuk orang lain, untuk dirinya sendiri saja tidak. Bergereja hanya untuk menikmati kesenangan spiritual dan merasa sudah pasti masuk Sorga, kelompok ini tidak pernah dewasa imannya. Ciri orang seperti ini adalah, mereka tidak berani “all out” bagi Tuhan. Kalau orang belum bisa mengasihi dirinya sendiri dengan benar, tidak mungkin mereka bisa mengasihi orang lain. Mereka tidak memancarkan kehidupan rohani yang dewasa dan memikat. Melayani Tuhan bukan dengan hati kita, tetapi dengan hati-Nya Tuhan atau pikiran perasaan Kristus (Fil. 2:5-7) compassion kita harus selaras dengan compassion Tuhan. Pengertian terhadap Firman Tuhan yang murni akan membangun compassion yang benar (Gal 1:6-10). Oleh karena itu pengajaran geraja harus murni sesuai dengan compassion-nya Tuhan. – Solagracia –
Berita Terbaru