Daya Pikat Kekayaan

HomeBlogDaya Pikat Kekayaan

Surat Gembala, 16 Oktober 2016

Bagi warga Kerajaan Surga berkenaan dengan masalah ‘material thing’, Tuhan Yesus menunjukkan bahayanya dalam berbagai nasihat agar kita waspada dan memperingatkan bahwa kehidupan manusia tidaklah tergantung dari pada kekayaan. Dalam bagian lain Tuhan Yesus memperingatkan kita agar menjaga diri dari kepentingan-kepentingan duniawi (terjemahan lama: percintaan kehidupan ini; Inggris-NIV: the anxieties of life. Yunani: perimnais biotikais). Hal ini perlu kita sadari dan waspadai sebab kekayaan memiliki tipu daya yang tanpa disadari akan dapat membuat mata rohani kita tertutup untuk melihat kebenaran Allah. Kalau seseorang sudah terikat oleh berhala materialisme, maka sukarlah ia mengerti dan menangkap kebenaran firman Tuhan. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kekayaan dapat memikat hati seseorang sehingga ia merasa tidak memerlukan yang lain, padahal pertobatan dan kelahiran baru diawali dari hati yang menyadari membutuhkan Tuhan. Dalam suatu kisah dikatakan bahwa orang kaya yang hendak mencari hidup kekal gagal mendapatkannya oleh karena hartanya yang banyak telah memasung hatinya. Ia tidak dapat memiliki dan menikmati hidup kekal
sebab wilayah hati, jiwa, perhatian dan seluruh hidupnya telah dikuasai oleh mamon.

Tipu daya kekayaan dapat pula mengakibatkan kebenaran firman Allah yang didengarnya tidak bertumbuh dan berbuah. Kenyataan inilah yang banyak kita jumpai dalam kehidupan jemaat Tuhan pada masa sekarang ini. Banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi anggota gereja, rajin ke gereja bahkan aktif melayani pekerjaan Tuhan dalam berbagai kegiatan gereja, tetapi ternyata kedewasaan rohaninya tidak bertumbuh. Mereka tetap menjadi orang Kristen yang kerdil, tidak banyak memahami kebenaran Allah. Banyak jemaat tidak mengalami pertumbuhan rohani, sehingga tidak kunjung menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah. Ini semua disebabkan oleh tipu daya kekayaan. Betapa berbahayanya!

 

Yudas mengkhianati Tuhan Yesus juga karena tipu daya kekayaan. Jemaat di Filipi pada zaman Paulus pun sebenarnya sudah ada petunjuk yang menginformasikan bahwa terdapat jemaat yang tuhan mereka adalah perut mereka sendiri, pikirannya semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Mengenai hal ini rasul Paulus memberikan nasihat yang tajam, bahwa orang percaya harus merasa cukup bila ada makanan dan pakaian. Target secara jasmaniah yang dikehendaki Allah, yaitu ada makanan dan pakaian. Apabila Tuhan menganugerahi lebih, hal itu harus diterima sebagai anugerah, berkat tambahan. Tidak terbilang jumlah anak-anak Tuhan –bahkan hamba-hamba Tuhan dan aktivis gereja– yang ditewaskan Iblis karena dosa mamonisme ini. Dalam salah satu pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus di awal pelayanan-Nya, Ia dibawa Iblis di atas gunung. Kepada-Nya diperlihatkan kekayaan dunia ini. Kalau Tuhan Yesus mau sujud menyembah Iblis maka kekayaan dunia ini akan diberikan kepada-Nya. Tetapi Tuhan Yesus menolak bujukan Iblis itu dengan berkata bahwa “kita hanya harus menyembah dan sujud kepada Allah saja”. Sikap ini harus menjadi teladan bagi kita. Kita harus juga tegas berkata ‘tidak’ untuk bujuk rayu Iblis yang hendak menjatuhkan kita dengan dosa mamonisme tersebut.

Seorang musafir yang dalam perjalanan, jika tertarik kepada keindahan yang dilihatnya di perjalanan kemudian berhenti untuk menikmatinya, maka ia bisa gagal dalam mencapai tujuan perjalannya. Sebagai orang percaya kita harus selalu ingat, bahwa kita sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem Baru. Dunia ini bukan rumah kita. Kita tidak boleh menjadikan hidup ini sebagai kesempatan untuk menikmati kebahagiaan, sebab kebahagiaan orang percaya bukan karena fasilitas dunia ini tetapi oleh kehadiran Allah. Kita harus waspada terhadap tawaran dunia untuk berlabuh di dunia ini dan menikmati segala kesenangan yang dapat diberikan dunia kepada kita. Amin

“Kekayaan dapat memikat hati seseorang sehingga ia merasa tidak memerlukan yang lain, padahal pertobatan dan kelahiran baru diawali dari hati yang menyadari membutuhkan Tuhan..”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *