Fokus Hidup yang Benar

HomeBlogFokus Hidup yang Benar

Surat Gembala, 4 Oktober 2015

 

Tuhan memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menggelar hidupnya, tetapi bukan tanpa batasan dan pilihan. Orang harus memilih satu diantara dua, mamon atau Tuhan (Mat.6 : 24). Itulah kebebasan yang terbatas. Selera seseorang memiliki peranan sangat penting dalam memilih. Oleh sebab itu, kita harus mengawal secara ketat selera kita, karena kemana arah selera kita, kesanalah arah fokus kita.

Orang percaya diperhadapkan dua pilihan, sempurna seperti Bapa atau serupa dengan dunia? Ingat, iblis sampai saat ini terus melakukan upaya untuk menjadikan umat percaya seperti anak-anak dunia. Oleh sebab itu, ia terus menawarkan keindahan dunia dengan segala kenikmatannya. Kodrat dosa dalam diri kita telah mengurung segala keinginan kita kepada keinginan daging. Bukankah keinginan daging berlawanan dengan keinginan roh? Disinilah letak pergumulah kita dalam rangka mengawal selera atau keinginan secara benar menurut kehendak Tuhan. Kesempurnaan watak Ilahi dalam diri kita merupakan harta yang akan menemani ketika kelak kita bertemu muka dengan Raja diatas segala raja, Tuhan Yesus Kristus. Kelak kita akan menyesal jika ternyata tahu betapa pentingnya sebuah kesempurnaan watak di LB3, dengan berkata, “Mengapa dahulu aku tidak serius belajar mendewasakan karakter ilahiku.” Hanya orang dewasalah yang akan diberikan sebuah kepercayaan. Kita dipersiapkan supaya menjadi ahli waris kerajaan Bapa untuk memerintah bersama-sama dengan Anak-Nya yaitu Tuhan Yesus Kristus.

 

Iblis memanfaatkan kelemahan daging yang terus berhasrat kepada “kerajaan” di bumi ini. Ia terus mengiklankan kenyamanan dunia dengan giat. Kenikmatan daging adalah melakukan dosa, dan iblis sangat piawai untuk menyediakannya. Menyadari akan hal tersebut, betapa kita harus menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari dalam hatilah terpancar kehidupan. Tuhan Yesus berkata, “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga …” (Mat. 6: 20). Mengapa demikian? Tuhan Yesus memberikan alasan yang sangat tegas, bahwa dimana hartamu berada, disitulah hatimu berada (Mat. 6:21). Harta memiliki kekuatan untuk menentukan arah hidup. Seseorang segera kembali ke warung jika ia ingat dompetnya tertinggal disana. Jika seseorang menganggap kesempurnaan karakter ilahi merupakan harta abadi, maka ia akan merelakan apapun demi hal tersebut. Demi harta yang terpendam yang ia temukan, seseorang menjual seluruh harta miliknya dengan sukacita (Mat. 13:44), tetapi ironis bagi anak muda kaya yang lebih mencintai hartanya dari pada kesempurnaan kasihnya kepada Tuhan dan sesamanya (Mat. 19:16-23). Salomo seorang raja yang kaya raya, behikmat dan terhormat pun berkata, bahwa karena harta benda dan kenikmatan telah membuat manusia lupa akan umurnya (Pkh. 5:19-20).  Paulus adalah seorang yang benar-benar ‘kehilangan’ selera kenyamanan hidupnya, tetapi ia adalah seorang yang mengorbankan semangat cintanya kepada Tuhan karena fokus yang jelas (1Kor. 9:26, Kis. 20:24, Fil. 3:7-8). Mengapa Paulus sebegitu ngototnya kepada fokus hidupnya? Karena ia tahu dibalik kematian dagingnya bersama dengan Kristus ada keuntungan kekal (Fil. 1:21). Marilah kita kawal fokus hidup dengan memberi hati kita untuk digarap oleh Tuhan dalam segala perkara. Amin.

“Jika seseorang menganggap kesempurnaan karakter ilahi merupakan harta abadi, maka ia akan merelakan apapun demi hal tersebut.”

 

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *