Iman dan Anugerah

HomeBlogIman dan Anugerah

Surat Gembala, 14 Februari 2016

Tujuan Allah menciptakan manusia adalah, agar manusia dapat beribadah kepada Tuhan dengan sikap yang benar, yaitu mengelola bumi (Kej.1:26, 2:15). Hanya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah saja yang mampu beribadah kepada-Nya dengan benar. Oleh karena itu, manusia diwariskan karakter ilahi dan kekal adanya. Kejatuhan Adam ke dalam dosa telah mengubah segala sesuatu, termasuk kematian manusia. Bukan itu saja, bahkan membuat natur manusia berubah dari natur ilahi menjadi natur berdosa yang sudah tidak memiliki kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Demi cinta-Nya kepada manusia yang berhakekat kekal, maka Ia melakukan tindakan ekstrim yaitu mempertaruhkan nyawa Anak-Nya dan mati di atas kayu salib sebagai korban tebusan. Apa maksudnya?

Kematian Kristus harus memenuhi dua tuntutan. Pertama, menggenapi tuntutan hukum maut akibat dosa. Kedua, memenuhi tuntutan hukum dosa atau natur dosa (Rm. 8:2). Artinya, mengembalikan perilaku dosa manusia kepada perilaku ilahi yang sempurna. Bagaimana caranya? Hidup Kristus merupakan model hidup manusia yang Allah Bapa kehendaki. Jadi perilaku setiap orang percaya harus merujuk kepada cara hidup Kristus. Perubahan watak dosa kepada watak ilahi tidak dapat melalui mujizat, tetapi harus melalui proses pembelajaran panjang sampai ajal menjemput. Proses untuk meneladani hidup Kristus harus berjalan secara alami dan harus terus-menerus diupayakan oleh setiap orang percaya. Panggilan Tuhan kepada seseorang untuk menjadi rekan sekerja-Nya tidak serta-merta ‘menjamin’ seseorang masuk ke dalam kerajaan-Nya.

Paulus memiliki pengalaman spektakuler dengan Tuhan di jalan menuju Damsyik (Kis. 9:3), bahkan menurut keyakinannya, Tuhan sendiri yang memilih ia untuk menjadi rasul bagi orang-orang non Yahudi (Rm. 11:13). Sungguh menarik untuk kita pelajari dari sikapnya yaitu, ia tidak serta-merta meyakini bahwa ia diterima oleh Allah di kekekalan (1 Kor. 9:27). Filosofi Paulus yang sangat terkenal adalah, “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Maksudnya adalah, demi kematian yang menguntungkan itu, Paulus berusaha melatih diri agar ia dapat menguasai tubunya atau perilakunya (1 Kor. 9:27). Kematian akan menjadi sebuah keuntungan jika hidupnya adalah memperagakan hidup Kristus. Untuk keadaan ini, Paulus memberikan pernyataan di dalam 2 Korintus 4:18: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”. Inilah keuntungan yang Paulus kejar di dalam Kristus yaitu kekekalan. Panggilan Allah terhadap Paulus ditanggapi secara tepat dan dibuktikan melalui sikapnya. Demikian halnya dengan Petrus. Ia mengingatkan kepada jemaat di perantauan agar berusaha sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihan Tuhan makin teguh dan menerima hak penuh masuk ke dalam Kerajaan Tuhan dan Juruselamatnya.

Keyakinan masuk surga, tidak cukup meyakini korban Kristus di kayu salib dalam batin, tetapi harus ditindaklanjuti dengan peragaan Kristus selama hidup di bumi ini. Keselamatan adalah anugerah mutlak dari Tuhan, tetapi iman (pistiuo, menyerahkan diri kepada obyek iman) harus berperan aktif sebagai respon terhadap anugerah itu. Iman bukanlah sekedar aktivitas pikiran dan batin, tetapi sebuah tindakan nyata untuk menuruti kehendak Allah. Tuhan menghendaki agar tiap orang harus berjuang untuk masuk melalui pintu yang sesak itu, itulah iman yang benar. Pastikan diri kita tetap di dalam pinti yang sesak, karena di balik itu ada ruangan luas dan kekal bersama dengan Dia. Amin.

“Kematian akan menjadi sebuah keuntungan jika hidupnya adalah memperagakan hidup Kristus.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *