Jalan Berkat

HomeBlogJalan Berkat

Surat Gembala, 22 November 2015

Setiap manusia tentu mendambakan kesejahteraan hidupnya. Kesejahteraan hidup diidentifikasikan dengan lengkapnya sarana hidup, kaya, terhormat, banyak sahabat yang mendukung, dan sebagainya. Segala daya upaya dilakukan tanpa peduli benar atau tidak. Sehebat apapun dan sebesar apapun pencapaian seseorang, jika tidak mengindahkan nasib kekalnya adalah sebuah kesia-siaan. Sia-sia bukan berarti gagal, tetapi tidak berarti, in vain. Secara lahiriah sukses, tetapi kesuksesannya tidak mampu menjadikan jembatan bagi dirinya untuk sampai kepada kekekalan Tuhan. Ingat, Tuhan tidak anti kemapanan, tetapi Tuhan memperingatkan orang untuk tidak nyaman dengan kemapanannya. Kemapanan hidup memiliki pesona yang luar biasa, dan hal itu bisa menyeret seseorang terikat pada keadaan tersebut dan sampai titik di mana ia tidak bisa terlepas seperti halnya istri Lot dan Yudas Iskariot. Iblis bisa hadir dalam berbagai manifestasi; artinya, bagi orang telah serius melayani Tuhan maka sosok Iblis akan hadir dengan bentuk tawaran kemapanan hidup, kehormatan, dan kedudukan. Tuhan Yesus pun pernah mengalami hal tersebut. Ia ditawarkan sebuah kekayaan dan kejayaan kekayaan di bumi ini. Terpujilah Tuhan, di dalam segala situasi yang ‘berat’. Ia tetap memilih taat kepada Bapa demi kepentingan Kerajaan-Nya. Dengan jalan demikian, Tuhan Yesus telah menyediakan diri-Nya untuk menjadi jalan berkat bagi banyak orang, sekaligus Ia berhak menerima kembali kemuliaan yang Ia tinggalkan di dalam Kerajaan Surga.

Berkat terbesar dari Allah Bapa adalah hidup kekal di dalam Kristus dan kesempatan untuk memerintah bersama dengan-Nya. Untuk hal inilah Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Kehidupan Paulus dipenuhi dengan kesediaannya untuk ‘menyembelih’ dirinya sendiri untuk memuliakan Kristus (Fil. 1:18-22). Jalan berkat bagi anak-anak-Nya adalah sejajar dengan jalan salib. Tidak ada kemuliaan tanpa salib, no crown without cross. Harus terus diwaspadai oleh setiap anak-anak Tuhan, bahwa Iblis tidak akan pernah berhenti memasang perangkap bagi anak-anak Tuhan sampai benar-benar jatuh ke dalamnya. Iblis tidak pernah menampakkan perangkapnya dalam bentuk yang mengerikan, karena jika hal itu ia lakukan, maka semua anak Tuhan akan tahu dan menghindarinya. Tetapi seperti yang ia lakukan kepada Tuhan Yesus di pada pencobaan, maka hal itulah yang akan Iblis lakukan kepada anak-anak Tuhan. Iblis mencoba menggeser pengharapan setiap anak Tuhan bukan kepada rumah Bapa, tetapi kepada ketenangan di bumi ini. Iblis telah mengubah dunia ini bagaikan Surga dengan segala fasilitas dan tidak sedikit anak-anak Tuhan tertipu. Kemajuan teknologi tidaklah salah, tetapi di lain sisi, melalui kemajuan teknologi tersebut Iblis seakan-akan mengangkat harkat manusia, sehingga pada titik tertentu manusia dibuat sudah tidak memerlukan Tuhan. Bahkan Iblis hendak menghapus memori manusia akan keberadaan Tuhan dan pribadi-Nya yang agung. Oleh sebab itu, Alkitab berulang-ulang memperingatkan untuk waspada terhadap tipu muslihat ini.

Kesediaan kita untuk memercayai Tuhan harus dibuktikan melalui kesediaan kita untuk mau dan sanggup menderita untuk Dia. Mengapa demikian? Karunia percaya harus satu paket dengan karunia menderita (Fil. 1:29). Penderitaan yang dimaksud di sini bukan karena kesalahan diri sendiri, tetapi lebih kepada kemauan kita untuk menjadi ‘sarana’ keselamatan bagi banyak orang, inilah jalan berkat yang sejati. Dengan demikian, kita dilayakkan untuk duduk memerintah bersama dengan Kristus di kekekalan kelak (Roma 8:17). Amin.

“Iblis tidak pernah menampakkan perangkapnya dalam bentuk yang mengerikan, karena jika hal itu ia lakukan, maka semua anak Tuhan akan tahu dan menghindarinya.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *