Surat Gembala, 16 Juli 2017
Saudaraku,
Menjadi umat pilihan merupakan hal yang sangat luar biasa, sebab kita diberi kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah. Untuk itu seorang yang bersedia menjadi anak Allah harus berani hidup dalam ketidakwajaran. Selama ini banyak orang Kristen masih hidup dalam kewajaran, sehingga mereka tidak akan pernah menjadi anak Allah. Dikatakan hidup dalam kewajaran jika hidup seseorang terfokus pada kehidupan hari ini. Semua kegiatan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani, membesarkan anak untuk menjadi orang yang mandiri, memiliki keturunan untuk meneruskan kelangsungan generasi keluarga. Sementara menjalani hidup, banyak kesenangan yang dapat dinikmati, dengan berpikir bahwa memang hidup untuk menikmati segala kesenangan tersebut. Kesenangan itu dapat diperoleh dari makan dan minum, menikmati seks, mengenakan pakaian dan perhiasan, menikmati kendaraan, wisata, menikmati kesenangan dari hobi-hobinya dan lain sebagainya yang berorientasi pada kehidupan di bumi seperti manusia lain.
Pada umumnya orang berusaha untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain dan terus menggeliat untuk mencapai keadaan yang melampaui mereka dan keadaan dirinya sekarang. Keadaan ini membuat manusia terus haus dan lapar akan perkara-perkara dunia, bukan haus dan lapar akan kebenaran. Perkara-perkara dunia dianggap penting, mulia dan berharga. Jika belum mencapai apa yang dianggap penting, mulia dan berharga tersebut, mereka belum merasa lengkap atau utuh. Dengan demikian perjalanan hidup manusia hanya diarahkan untuk perkara-perkara yang di bumi. Supaya lebih lengkap, maka seseorang beragama atau ber-Tuhan. Namun pada dasarnya ber-Tuhan juga untuk menyelamatkan kehidupan di bumi ini dan berpengharapan nanti kalau mati masuk surga. Bagi orang-orang baik di dalam gereja, mereka memiliki kegiatan pelayanan gerejani, seperti menjadi guru Sekolah Minggu, aktivis, bahkan ada yang menjadi pendeta. Kegiatan gereja akan membuat jiwa terasa lebih tenang, sebab merasa sudah melayai Tuhan.
Saudaraku,
Kita adalah umat pilihan yang memiliki kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah. Tetapi untuk menjadi anak-anak Allah, kita harus mengikuti perlombaan yang diwajibkan, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti yang telah dicapai oleh Yesus. Iman yang sempurna adalah kehidupan yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10). Jika kita memperhatikan dengan teliti Ibrani 12:1-10, jelas sekali bahwa seseorang tidak akan pernah menjadi anak yang sah (Yun. huios), sehingga hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah, tanpa mengikuti perlombaan yang diwajibkan tersebut dan hidup dalam hajaran Bapa. Bapa menghajar dan mendidik kita melalui Roh Kudus.
Adalah sangat keliru kalau memahami hidup Kekristenan sebagai jalan yang mudah untuk masuk surga. Kekristenan adalah jalan yang sukar dan mustahil untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan, yaitu menjadi anak-anak Allah yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Oleh sebab itu kalau kita mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, kita harus memfokuskan diri pada perlombaan yang diwajibkan dengan menanggalkan segala beban dan dosa. Selama seseorang masih terikat dengan beban dosa, maka proses mengikuti perlombaan tidak dapat berlangsung dengan baik.
Saudaraku,
Ketika kita masuk ke dalam proses ini, maka segala sesuatu yang selama ini menurut pandangan kita indah dan berharga, akan menjadi tidak berarti sama sekali. Segala sesuatu harus kita jadikan sarana demi tercapainya tujuan hidup kita ini, yaitu menjadi anak-anak Allah yang sah, yang hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Dengan demikian apa yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan Tuhan. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang sangat indah. Hati kita akan melekat dengan Tuhan. Kita semakin merindukan Tuhan, sehingga kematian menjadi momentum yang indah, karena kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus.
Berita Terbaru