Surat Gembala, 13 Maret 2016
Sebagaimana layaknya makhluk hidup, manusia memerlukan asupan makanan yang bukan saja mengenyangkan tetapi menyehatkan. Manusia bukan saja mengenyangkan tetapi menyehatkan. Manusia bukan saja sekadar makhluk hidup yang hari ini ada, esok tiada, tetapi kekal. Manusia adalah makhluk yang memiliki wewenang dari Allah juga sekaligus tanggung jawab (Kej.2:26). Disamping itu, manusia adalah makhluk kekal yang akan terus ada sampai kapan pun. Manusia tidak dapat dihapuskan begitu saja keberadaannya. Jika manusia dianggap tidak ada, itu pun hanya dari pandangan mata manusia di muka bumi, tetapi di hadapan Tuhan tetap ada. Senyaman apapun hidup di bumi ini, hanya akan membuat manusia bertahan selama 80 tahun, itupun kalau sampai. Artinya segala sesuatu yang nampak di depan mata adalah terbatas gunanya.
Hendaknya tiap-tiap orang tahu akan tujuan Allah menciptakan manusia yaitu, supaya manusia beribadah kepada Tuhan dengan senang hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatannya secara sempurna. (Kej.1:26, 2:15, Mat.5:48). Hanya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah saja yang mampu beribadah kepada Tuhan Allahnya secara sempurna.
Kejatuhan Adam ke dalam dosa telah membuat natur manusia berdosa yang sudah tidak memiliki kemuliaan Allah, tidak berarti manusia menjadi jahat semua dan tidak bisa berprestasi. Kata kehilangan dalam teks aslinya, menggunakan kata hustereo, to be inferior, menjadi lebih buruk, genitively, to fall short, secara bawaan memang sudah kurang atau tidak lengkap. Karena kegagalan Adam, maka natur bawaan dari Allah sudah tidak sempurna lagi. Hal ini berdampak kepada perubahan orientasi manusia. Yang semula manusia (Adam), diciptakan agar berorientasi kepada Allah, tetapi karena dosa semua menjadi meleset dan tersesat. Tersesat disini, tidak serta merta manusia jahat secara moral, tetapi manusia terpenjara tenggelam ke dalam kodrat yang diwariskan oleh nenek moyangnya yaitu “hidup wajar” seperti manusia pada umumnya. Manusia larut ke dalam hasratnya untuk hidup nyaman bagi diri sendiri, tanpa memikirkan adanya Allah. 1 Petrus 1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia sia kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas.
Dari kemelesetan ini, manusia telah menjadi jauh dari Tuhan. Hari-hari hidup manusia telah larut ke dalam situasi bagaimana mengejar pangkat, kedudukan, hidup nyaman, aman dan tenang. kenikmatan dunia telah menyita seluruh fokus hidupnya, untuk memikirkan hal ini saja sampai lupa bahwa dibalik hidup ini ada kehidupan yang lebih lama durasinya yaitu kekal. Ada dua macam kekekalan yaitu, hidup kekal bersama dengan Bapa d’i surga atau hidup kekal dalam keterpisahan dengan Allah Bapa. Dalam suratnya, Paulus berkata, “Sebab kami tidak memerhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2Kor.4:18). Sebab: “semua yang hidup adalah seperti rumput dan kemuliannya seperti bunga rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya”. Dari dua pernyataan tersebut dapat diambil makna kebenarannya yaitu, segala sesuatu pasti ada batasan waktunya, tetapi ada satu yang tidak akan pernah terbatasi oleh apapun (termasuk waktu), yaitu Allah sendiri. Karena Allah itu kekal, maka betapa bijak seseorang jika sejak kita hidup di bumi ini, kita mempersiapkan untuk kebutuhan kematian kelak. Jangan lengah, tetaplah waspada terhadap daging yang telah dicemari oleh kodrat dosa, karena sampai kapanpun, daging akan terus mendorong orang percaya untuk melupakan kematian dan realitas kekekalan. Amin.
“Jangan lengah, tetaplah waspada terhadap daging yang telah dicemari oleh kodrat dosa, karena sampai kapanpun, daging akan terus mendorong orang percaya untuk melupakan kematian dan realitas kekekalan.”
Berita Terbaru