Keinginan Yang Ditanggalkan

HomeBlogKeinginan Yang Ditanggalkan

Surat Gembala, 24 September 2017

Saudaraku,
Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan semata-mata. Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, kita hanya mau melakukan kehendak-Nya. Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, maka Tuhan tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya, sehingga ia tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan. Ingat, Tuhan tidak akan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan tidak melemparkan mutiara kepada babi. Ucapan Tuhan Yesus ini jelas menunjukkan bahwa Ia tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya atau yang tidak berkerinduan mengerti Firman untuk dilakukan.

Banyak orang merasa tidak perlu mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhanlah yang tidak memberitahukan kehendak-Nya kepadanya. Padahal, bukan Tuhan tidak mau memberitahukan kehendak-Nya, tetapi sebenarnya mereka memang dasarnya tidak mau tahu kehendak Tuhan dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya. Orang seperti ini adalah orang yang dapat digolongkan sebagai manusia celaka. Mengerikan sekali, sebab jumlah manusia yang celaka ini lebih banyak dari yang dilayakkan menerima kemuliaan bersama Tuhan Yesus Kristus.

Saudaraku,
Tuhan adalah Pribadi yang lembut. Ia tidak memaksa seseorang untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak-Nya tersebut. Tuhan memberi kebebasan kepada setiap individu dalam bersikap terhadap Tuhan. Jadi, kalau hari ini Tuhan terkesan diam dan tidak peduli dengan keadaan hidup kita yang sering tidak melakukan kehendak-Nya, bukan berarti Tuhan masa bodoh dan tidak peduli terhadap hal tersebut. Tuhan menghendaki kerelaan kita untuk melakukan kehendak-Nya. Hanya orang yang haus akan kebenaran yang dipuaskan (Mat. 5:6). Kalau seseorang tidak bersedia mengerti kehendak-Nya dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya dengan sukacita, maka Tuhan tidak memaksa orang tersebut mengerti kehendak-Nya dan melakukannya. Kalau kita tidak sungguh-sunguh mendesak Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak tersebut, maka hendaknya kita tidak berharap dapat mengerti kehendak Tuhan serta melakukannya. Kondisi dunia hari ini membuat banyak orang tidak merasa perlu sungguh-sungguh mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.

Saudaraku,
Dengan kesediaan menanggalkan segala keinginan bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar bahwa kita tidak pernah menjadi siapa-siapa, kita tetap manusia dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap. Dalam hal ini, Tuhan akan mengijinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi kita. Baik berkat jasmani maupun berkat rohani. Di satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sisi yang lain kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang Tuhan berikan. Terutama, dalam melakukan kehendak Tuhan itu sendiri kita menikmati kesenangan hidup. Misalnya Tuhan memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi dengan pernikahan. Ini adalah mandat prokreasi. Dalam mandat prokreasi ini ada kenikmatan rekreasi. Kenikmatan hidup itu juga termasuk tidur nyenyak, makan enak dan segala kebahagiaan bersama dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan. Orang yang mau melakukan kehendak Tuhan akan dikenyangkan oleh Tuhan dengan sukacita dan kesenangan tanpa berbuat salah memberhalakan kesenangan tersebut.

Saudaraku,
Kalau kita mau melakukan keinginan Tuhan dasarnya bukan karena harus berbuat demikian atau karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau membahagiakan-Nya. Tuhan sebenarnya tidak membutuhkan kebahagiaan dari kita. Tuhan sudah bahagia, tetapi kalau kita boleh menyenangkan hati-Nya, ini adalah suatu anugerah yang luar biasa. Orang seperti ini tidak “macam-macam”. Hidupnya sederhana, tidak rumit dan tentu tidak berusaha menunjukkan kemewahan walaupun kaya materi. Oleh sebab itu, hal melakukan keinginan Tuhan dengan terlebih dahulu menanggalkan keinginan kita, harus diterima sebagai suatu anugerah. Mari kita melakukannya dengan rela dan sukacita. Orang yang mau melakukan keinginan Tuhan adalah orang yang menjadikan Tuhan kesukaan atau kegembiraan hidupnya. Orang yang tidak menjadikan Tuhan kegembiraan, pasti hidupnya kotor.

Teriring salam dan doa,
Erastus Sabdono

Image

 

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *