Surat Gembala, 27 Agustus 2017
Saudaraku,
Tentu kita semua kita tahu bahwa berlian adalah barang mewah yang tidak dapat disentuh oleh orang-orang miskin yang berpenghasilan rendah. Bagi mereka berlian adalah impian yang tidak pernah terwujud. Itulah sebabnya mereka tidak pernah berpikir mengenai berlian. Dalam stadium tertentu, untuk sementara, mereka adalah orang-orang yang merdeka dari berlian. Tetapi kalau suatu hari mereka memiliki banyak uang, belum tentu mereka tetap dalam kemerdekaan dari berlian tersebut. Jadi bisa dimengerti kalau orang semakin kaya, maka berpotensi lebih besar untuk terbelenggu dengan banyak keinginan, yang akhirnya membawanya kepada kebinasaan.
Sering kita mendengar ungkapan “berlian adalah abadi”, karena berlian adalah permata yang indah, langka, dan sangat kuat. Oleh karenanya, harganya sangat mahal. Batu berlian mentah paling besar yang ditemukan di bumi ialah Cullinan diamond yang berukuran 3106,75 karat (621,35 gram) dari Afrika Selatan. Namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan sebuah berlian di langit, yang ditemukan oleh para astronom pada tahun 2004 di rasi bintang Centaurus. Ukurannya 10 milyar-trilyun-trilyun (angka 1 diikuti 34 nol) karat. Berlian raksasa tersebut dulunya sebuah bintang, yang kemudian mati, mendingin, dan menyusut. Ini menunjukkan betapa kecilnya kita sebagai manusia dengan segala harta kita di bumi dibandingkan dengan Tuhan yang empunya alam semesta ini. Entah ada berapa banyak lagi berlian raksasa di langit seperti bintang tersebut.
Saudaraku,
Mari kita renungkan, Sang Pencipta yang Mahakaya yaitu Sang Logos atau Anak Allah yang kekal, rela untuk mengosongkan diri menjadi manusia di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak lahir menjadi raja di sebuah istana, tetapi Ia lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana, yang hanya sanggup mengurbankan dua ekor burung untuk kurban setelah masa pentahiran ibu-Nya, yaitu sesudah melahirkan Yesus. Ia tinggal di kota kecil Nazaret dan bekerja sebagai tukang kayu membantu ayah-Nya. Ia tidak menuntut perlakuan istimewa dari siapa pun. Ia sudah tertolak oleh manusia sejak dalam kandungan, sampai ketika di ujung kematian di kayu salib. Sungguh apa yang dilakukan-Nya adalah satu hal yang sangat luar biasa.
Yesus rela merendahkan diri-Nya, meninggalkan surga, rela kehilangan hak-Nya sebagai Raja alam semesta, dan menjadi manusia yang rendah, seperti kita yang menghuni planet kecil ini. Bahkan Ia rela taat sampai mati di kayu salib demi kita, yang sesungguhnya tidak layak dibela-Nya. Semua kita mempunyai sifat manusiawi yang tidak bisa rendah hati. Kita ingin diistimewakan dan dihormati orang lain. Kita ingin orang lain melihat harta kita, yang sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan berlian milik Tuhan Yesus di langit.
Saudaraku,
Kita harus selalu ingat, bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita menaruh pikiran dan perasaan seperti yang ada pada diri-Nya, yang salah satunya ialah kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang membuat seseorang dapat mengosongkan diri seperti Dia mengosongkan diri. Ini mencakup kerelaan untuk kehilangan hak, rela untuk tidak dihargai, rela kehilangan kenikmatan duniawi di dunia ini. Hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi kita harus melakukannya, sebab tidak ada kemuliaan tanpa tindakan mengosongkan diri seperti yang Yesus lakukan.
Kalau kita rela menanggalkan hak-hak kita, dan bersedia melayani sesama, maka semua yang kita lepaskan diganti-Nya dengan kemuliaan surgawi bagi kita sebagai ahli waris Kerajaan Surga. Sukacita surgawi itu sudah bisa kita rasakan hari ini, jika kita benar-benar rela menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. Jika Tuhan Yesus merelakan segalanya demi kita, itu karena Ia memandang kita lebih mahal daripada semua berlian di bumi dan di langit. Menanggapi cinta-Nya yang begitu dalam kepada kita, mengapa kita tidak bersedia membalas kebaikan-Nya dengan menyerahkan seluruh hidup ini kepada-Nya?
Dari saudaramu,
Erastus
Berita Terbaru