Kita sering mendengar pemimpin pujian atau pembicara berkata, “Mari kita berperkara dengan Tuhan”. Ketika kalimat ini dilontarkan, dapat dipastikan bertalian dengan masalah hidup dan kebutuhan hidup hari ini. Berperkara dengan Tuhan tidak berhenti pada permasalahan hidup, tetapi harus bergerak maju kepada persoalan perubahan watak dan karakter kita. Jika orang beragama mendekati illahnya dengan maksud supaya digampangkan urusannya, dientengkan jodohnya, dibukakan pintu rezekinya atau segala sesuatu yang bertalian dengan kepentingan dirinya maka kekristenan tidak boleh seperti itu. Tuhan kita adalah Allah yang hidup dan memiliki perasaan yang sempurna. Dia tahu rancangan yang terbaik bagi anak-anak-Nya yang mengasihi Dia. Permasalahan hidup yang Tuhan ijinkan terjadi kepada setiap manusia, adalah dalam rangka agar mereka mencari Tuhan, dengan demikian Tuhan bisa menggarap karakternya sampai sempurna seperti Bapa. Tuhan lebih mementingkan penyelesaian watak dan karakter daripada masalah hidup. Oleh karena itu hendaknya gayung bersambut antara Allah dan manusia. Tetapi jangan kuatir, Tuhan pasti memberi jalan keluar ketika kita mengalami pencobaan (1Kor.10:13). Jika berurusan dengan Tuhan hanya untuk hidup hari ini saja maka kita adalah orang yang paling malang dari segala manusia yang ada (1 Kor.15:19). Oleh karena itu tujuan hidup kita harus diarahkan kepada perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kol. 3:1-4).
Gereja harus menjadi garda terdepan untuk mengambil tanggungjawab mengarahkan umat kepada fokus yang benar yaitu LB3 (Langit Baru Bumi Baru). Setiap pelayan umat harus mengenal Injil yang murni sehingga apa yang disampaikan adalah estafet kebenaran Tuhan yang murni pula. Ketulusan hati pelayan umat harus di barengi dengan kecerdasan roh, sehingga bisa menangkap gerak Tuhan yang paling lembut sekalipun. Abraham memang bapak orang beriman, tetapi menjadi orang Kristen tidak otomatis mewarisi iman Abraham secara benar jika tanpa diajarkan bagaimana Abraham rela meninggalkan kenyamanan hidupnya, dengan meninggalkan Urkasdim, menjadi musyafir, dan tidak tahu kemana tujuan kota yang dijanjikan oleh Allah, tetapi ia tidak kehilangan fokus akan Yerusalem Baru, kota yang dibangun oleh Allah sendiri (Ibr.11:8-15). Bagi dia lembah Yordan tidaklah menarik walapun seperti taman Tuhan, bahkan ketika harus menyembelih Ishakpun tidak menjadi masalah asal Allah yang menghendakinya. Jadi, apa yang kita perkarakan dengan Tuhan hari ini masalah atau watak kita? – Solagracia –
Berita Terbaru