Melepaskan Keinginan

HomeBlogMelepaskan Keinginan

Surat Gembala, 09 Juli 2017

Saudaraku,

Kalau kita jujur, banyak di antara kita sudah terlalu lama terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginan-keinginan sendiri. Kita merasa memiliki hak untuk hidup sesuai dengan selera sendiri. Hidup sesuai dengan selera sendiri artinya seseorang merasa bebas berbicara apa pun, membeli apa pun, pergi kemana pun, mempunyai apa pun, memilih teman dan jodoh siapapun dan lain sebagainya. Hal ini sering dianggap sebagai suatu kewajaran. Biasanya orang merasa berhak memiliki hidupnya sendiri sepenuhnya. Padahal seharusnya sebagai anak tebusan, semua hak kita telah diambil alih oleh Tuhan. Itu berarti kita tidak boleh bebas melakukan apa pun.

Saudaraku, kita yang telah ditebus oleh darah Yesus harus menyadari dan menerima bahwa yang berhak memiliki keinginan untuk dilakukan adalah Tuhan, bukan manusia atau diri sendiri. Oleh sebab itu, anak Allah yang mengerti hal ini tidak akan mudah mengatakan “aku berhak memiliki keinginan”, sebab hidupnya hanya untuk melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, bukan cita-citanya sendiri. Memang logikanya dan fairnya kalau kita telah dimiliki Tuhan, maka kita tidak berhak memancangkan cita-cita. Inilah kehidupan yang diatur atau dikendalikan oleh Tuhan dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berkuasa secara penuh. Kita sebagai anak tebusan harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan Allah secara penuh. Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh. Manusia memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan.

Saudaraku, sebelum kita ada dalam situasi di mana segala keinginan harus dilepaskan, yaitu ketika ada di ujung maut, kita harus sudah belajar dengan rela dan sukacita melepaskan segala keinginan dan mengenakan prinsip: makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya. Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan. Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup. Ketika kita menjadi orang percaya, gaya hidup inilah yang Tuhan kehendaki kita kenakan dalam kehidupan ini. Tuhan Yesus sebagai teladan atau yang memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya. Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa.

Ciri kehidupan orang percaya yang benar adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan seperti yang dimiliki oleh anak-anak dunia. Kalaupun ada keinginan memiliki sesuatu, maka motif dasarnya adalah karena hendak menggunakannya bagi kepentingan Tuhan. Ini berbeda dengan orang-orang pada umumnya, mereka mengingini sesuatu atau mau mencapai sesuatu yang pada dasarnya untuk menambah nilai diri lebih atau kebanggaan bagi diri sendiri. Kebanggaan-kebanggaan inilah yang menjerat manusia menjadi gila hormat.

Saudaraku, menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan semata-mata. Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, mestinya kita hanya mau melakukan kehendak-Nya. Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Ia tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya.

Dengan kesediaan menanggalkan segala keinginan bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar, bahwa kita tidak pernah menjadi siapa-siapa, kita tetap manusia dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap. Dalam hal ini, Tuhan akan mengijinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi kita, baik berkat jasmani maupun berkat rohani. Satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sisi yang lain kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang Tuhan berikan.

Saudaraku, kalau kita mau melakukan keinginan Tuhan dasarnya bukan sekadar karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau membahagiakan hati Tuhan. Tuhan sebenarnya bisa tidak membutuhkan kebahagiaan dari kita. Tuhan sudah bahagia, tetapi kalau kita boleh menyenangkan hati-Nya, ini adalah suatu anugerah dan kehormatan yang luar biasa.

Dari Saudaramu.

Image

 

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *