Surat Gembala, 17 Januari 2016
Betapa bersyukurnya kita memiliki Alkitab ini. Di dalamnya dapat kita peroleh pengalaman tokoh-tokoh iman yang dipaparkan secara jujur, yang akhirnya dapat kita ambil sebagai pedoman hidup. Keteladanan hidup mereka sangat berguna bagi kehidupan kita masa kini. Walaupun persoalan hidup yang mereka alami tidak sama persis seperti yang kita alami, tetapi prinsip-prinsip pemecahannya tetap sama. Seperti halnya kehidupan Abraham. Yusuf dan Daud yang sangat indah bagi kita. Daud mengalami kesuksesan yang luar biasa. Dari seorang anak gembala menjadi raja, penguasa tertinggi. Demikian halnya Abraham, dimana ia dengan rela dan tanpa berbantah dengan Tuhan. Ia dengan sadar hendak menyembelih Ishak anak yang dikasihinya sebagai persembahan bagi Tuhan. Yusuf dengan integritasnya yang tinggi, ia telah mempertahankan hidup kudusnya di hadapan istri Potifar dan Tuhan. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh iman yang dapat kita pelajari. Inti dari seluruh perjalanan hidup dari tokoh-tokoh iman yang dapat kita ambil adalah, bahwa mereka telah membuat hati Allah senang dan tersanjung.
Allah adalah pribadi yang independen dalam segala hal. Tetapi ia juga pribadi yang memiliki rasa dan perasaan. Dalam keadaan tertentu Ia dapat murka tetapi dalam situasi yang lain juga bergirang, bahkan menyesal. Itulah Dia, Allah yang kita sembah alam Kristus Tuhan Yesus. Jika demikian adalah berita baik kita, bahwa sesungguhnya Ia benar-benar Allah yang hidup dan kita sebagai makhluk ciptaan berkesempatan untuk membangun hubungan denganNya secara pribadi. Sebagaimana para tokoh iman telah memberi teladan kepada kita, tentunya dalam segala kelebihan dan kekurangannya, mereka adalah tokoh-tokoh yang pernah membuat Allah tersenyum dan telah menyanjungNya. Orang yang menyanjung Tuhan adalah orang yang puas, lengkap, dan bahagia hanya dengan Tuhan, tanpa siapapun dan tanpa apapun. Orang-orang seperti ini merasa berharga bukan karena fasilitas, penampilan, harta, pangkat, kedudukan dan jabatan. Tetapi merasa berharga karena mengasihi Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan.
Menyadari akan hal tersebut, maka ajaran mutlak hukumnya bagi kita untuk mengandalkan Tuhan di dalam segala hal. Jika sudah demikian, pengenalan akan perasaan Allah adalah sangat penting. Hanya dengan mengenal perasaan Allah secara benar, maka kita dapat membuat Ia tersenyum. Dalam konteks Daud menghitung jumlah rakyatnya, Daud dianggap jahat oleh Allah (1Taw.21:7). Pertama, pendaftaran itu bisa berindikasi bahwa Daud hendak bergantung pada kekuatan tentaranya. Peristiwa Sadrach cs juga menunjukkan bahwa mereka menjadikan Allah satu-satunya andalan mereka dan menghargai Allah diatas segala perkara (Dan.3:16-18). Kedua, Daud bangga dengan prestasinya, sehingga ia menghargai keberhasilannya sebagai sesuatu yang dapat dinilai tinggi. Setelah jatuh bangun Daud menemukan banyak pelajaran rohani yang berharga, sehingga ia dapat berkata hanya dekat Allah saja aku tenang. Orang yang sungguh-sungguh memiliki prinsip hidup seperti diatas ini, akan memiliki pengakuan bahwa hanya dekat Allah saja aku tenang (Maz.62:2-3). Seseorang yang menilai Allah lebih berharga dari segala sesuatu pasti menjauhi dosa. Orang yang tidak mengumbar tabiat dosa adalah orang yang menyanjung hati Tuhan. Mengapa demikian? Ya, bukankah Ia datang ke dunia untuk menghapus dosa dunia? Oleh sebab itu, marilah kita tanggalkan seluruh tabiat dosa yang terus menggerogoti wibawa Allah dari diri kita. Dengan demikian Allah akan tersenyum dan tersanjung hatiNya. Amin
“Orang yang menyanjung Tuhan adalah orang yang puas, lengkap, dan bahagia hanya dengan Tuhan, tanpa siapapun dan tanpa apapun…”
Berita Terbaru