Surat Gembala, 14 Mei 2017
Saudara-saudaraku di dalam Tuhan Yesus,
Kita semua terkejut tatkala Hakim mengetuk palu menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara kepada Gubernur DKI, Pak Ahok. Sampai pada putusan pengadilan, Pak Ahok tetap tidak mengakui bahwa dirinya menista suatu agama dan memusuhi suatu golongan. Jejak rekam sosok ini sudah sangat jelas, bahwa dirinya tidak pernah menista agama Islam. Orang tua angkatnya sendiri dan saudara-saudara angkatnya sekarang ini pun beragama Islam. Dari cerita dan kesaksian nyata, Pak Ahok membangun masjid, mengirim orang-orang untuk naik haji dan berusaha membangun kesejahteraan semua umat tanpa membeda-bedakan. Tetapi rupanya semua ini tidak memiliki nilai di mata Hakim yang sedang mengadili Pak Ahok, karenanya semua ini tidak menjadi bahan pertimbangan. Di mata Hakim, pak Ahok terbukti menista agama. Titik. Hukuman telah dijatuhkan.
Sebagai warga negara yang baik, kita harus tunduk kepada pemerintah, dalam hal ini undang-undang pengadilan; Hakim adalah pengambil keputusan. Kalaupun, seandainya kita tidak suka terhadap keputusan Hakim tersebut, kita harus berdiam diri sampai Tuhan memberi petunjuk apa yang harus kita lakukan. Kita jangan seperti kelompok masyarakat yang menggunakan kekuatan secara anarkis untuk menunjukkan rasa tidak sukanya dengan berdemo di jalan-jalan, seakan-akan mempunyai hak untuk ikut mengatur pertimbangan Jaksa dan keputusan Hakim. Orang percaya harus menjadi anggota masyarakat yang santun, tidak membuat onar dan gaduh suasana, agar kita menghormati anggota masyarakat lain yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan hidup. Kita harus menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang bijaksana dalam hidup bersama di masyarakat dengan berbagai golongan masyarakat yang majemuk. Namun demikian, bagaimana pun kita harus turut menegakkan keadilan di negri ini.
Banyak di antara kita yang marah, sedih, bahkan menangis mendengar amar putusan Hakim tersebut. Selama ini banyak di antara kita yang memihak Pak Ahok dan mengharapkan beliau menjadi gubernur untuk periode mendatang. Sekarang Pak Ahok bukan saja tidak terpilih sebagai gubernur, tetapi juga masuk bui. Sulit mengatakan bahwa itu bukan suatu nestapa di mata manusia dan lawan-lawan pak Ahok. Tentu mereka menjadi puas, karena mereka sudah berteriak-teriak bahwa Pak Ahok harus dipenjara (walaupun Hakim belum memutuskan).
Banyak Saudara yang merasa sebagai satu korps dengan Pak Ahok, karena beragama Kristen sama dengan agama pak Ahok. Maka ketika Pak Ahok dikatakan sebagai kafir, Saudara juga merasa sedang dikafir-kafirkan. Perasaan satu korps ini membuat hati Saudara pedih melihat kenyataan yang terjadi. Sebagai anak-anak Allah, kita harus bersikap cerdas dan bijaksana. Ini adalah dunia. Sulit untuk menemukan keadilan di bumi ini. Jangan berharap pengadilan dunia dapat menegakkan keadilan yang sempurna, karena hakim-hakim di dunia juga manusia. Tidak sedikit hakim yang dalam putusannya ditentukan oleh sejumlah uang yang disediakan si pesakitan di depan meja hijau atau lawan si pesakitan. Bukan tidak mungkin pula hakim harus mengambil keputusan yang tidak membahayakan dirinya dan keluarganya dan banyak faktor lain.
Saudaraku, saya ingatkan, dahulu Tuhan Yesus pun pernah diseret ke hadapan pengadilan untuk didakwa menghujat Allah. Apakah Yesus yang disebut Isa Almasih adalah penghujat Allah? Tentu saja tidak, sebab Ia menyampaikan kebenaran sebagai hamba Allah. Bukan tidak mungkin, seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, satu dua kalimat yang diucapkan atau lebih, dianggap sebagai penistaan terhadap agama tertentu dan suatu tindakan kebencian yang ditujukan kepada suatu golongan. Misalnya Tuhan Yesus berkata: Tidak seorangpun sampai kepada Bapa atau masuk surga selain melalui Aku. Pernyataan ini sudah cukup membuat telinga orang-orang Yahudi panas dan marah sekali. Apalagi mereka mendengar Yesus mengaku bahwa Diri-Nya sebagai Anak Allah.
Oleh sebab itu kita harus teduh mendengar keputusan Hakim terhadap Pak Ahok. Kita jangan bereaksi negatif. Kita harus ikut menyejukkan semua pihak dan menjaga keutuhan bangsa dan negara yang sudah banyak masalah ini. Kita harus ingat bahwa hidup ini hanya 70 tahun. Banyak orang yang hanya memiliki sisa beberapa belas tahun atau bahkan beberapa bulan saja. Semua kita akan menghadap Hakim Agung, yaitu Tuhan Yesus. Di situlah pengadilan yang sempurna dapat digelar. Situasi dunia kita hari ini dapat membawa kita lebih memandang Tuhan dan menantikan hari penghakiman Allah. Semua orang akan memperoleh apa yang patut diterimanya. Sekaligus saat itu akan terbukti siapakah Allah yang benar dan utusan Allah yang sejati.
Dari saudaramu,
Erastus Sabdono
Berita Terbaru