MENYERAHKAN MAHKOTA BAGI TUHAN

HomeBlogMENYERAHKAN MAHKOTA BAGI TUHAN

Berdaulat memiliki arti berbahagia atau bertuah (KBBI, 2015). Agenda besar manusia adalah berdaulat atas diri sendiri atau membangun kebahagiaan hidup. Segala cara dilakukan termasuk melawan Tuhan. Sedangkan agenda Allah adalah menegakkan kedaulatan kerajaan-Nya di bumi. Mengapa harus di bumi? Kerajaan-Nya yang di Surga telah terbukti tak tergoyahkan ketika Lucifer mencoba mengkudeta. Pasca pemberontakannya, Lucifer dibuang ke bumi (Why. 12: 9, Yes. 14 : 12). Dalam perjalanannya, Lucifer yang jatuh tidak pernah berhenti untuk merongrong kedaulatan Allah di bumi, terbukti mulai dari Adam sampai kepada Tuhan Yesus dia terus menggeliat untuk mencari saat yang baik guna merongrong kedaulatan Tuhan. Kebangkitan Kristus adalah bukti dari kekalahan Iblis dan tegaknya Kerajaan Allah di bumi secara de jure, tetapi secara de facto, Iblis terus mengaum seperti singa mencari orang yang dapat ditelannya. Oleh karena itu jangan memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4 : 27).

Pada dasarnya, manusia ingin memiliki kerajaannya sendiri atau berotonom, hati-hati karena hal ini dapat dijadikan celah Iblis untuk masuk dan memanfaatkan manusia memberontak kepada Allah. Manusia diberikan hak otonom oleh Allah, tetapi bukan berarti tidak berbatas. Ketika manusia mencoba keluar dari batas-batas otonominya maka ia sudah memberontak kepada Allah. Hari ini, manusia digerakkan oleh kekuatan pikirannya, dengan semangat “kamu bisa”, atau istilah yang kita kenal “positive thinking” (berpikir positif), inilah mahkota manusia hari ini. Alkitab dengan tegas mengajarkan kita untuk berpikir benar dan bertindak benar bukan sekadar berpikir positif. Ada perbedaan yang sangat jelas antara berpikir positif dan berpikir benar. Semangat berpikir positif adalah penggalian potensi diri untuk hidup tanpa Tuhan. Sementara semangat berpikir benar adalah, manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan, karena Tuhan adalah sumber hidup dan penguasa hidup manusia.
Hidup dalam kedaulatan Tuhan adalah sebuah tindakan untuk melepaskan si “aku-nya” kita yang selama ini menjadi mahkota diri. Tuhan telah melepaskan mahkota-Nya demi kita, siapakah kita sehingga berkeras mempertahankan mahkota kemuliaan kita? Bukankah itu semua anugerah Tuhan? Bukankah Kristus telah membayar kita lunas dengan darah-Nya? Harus kita waspadai, jangan sampai keinginan untuk berotonom dalam diri kita akhirnya tanpa disadari itu merupakan bentuk pemanfaatan Iblis sebagai agenda untuk memberontak kepada Allah. Waspadalah! Amin – Solagracia

Ketika manusia mencoba keluar dari batas-batas otonominya maka ia sudah memberontak kepada Allah.

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet