Merasa Cukup

HomeBlogMerasa Cukup

Surat Gembala, 30 Oktober 2016

Bila seseorang sudah mengecap sukacita surgawi, maka ia dapat mengerti apa yang dimaksud Paulus dengan kalimatnya: Asal ada makanan dan pakaian cukup. Sukar bagi orang yang belum mengecap sukacita surgawi memandang Tuhan dan Kerajaan-Nya sebagai tujuan perjalanan hidupnya. Pikiran mereka tertuju kepada perkara-perkara duniawi dan tidak bisa dibawa kepada pengertian-pengertian rohani, sebab orang yang tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur – artinya terikat dengan dunia ini– tidak akan dapat mengerti kebenaran Firman Tuhan. Hati mereka terbelenggu dan langkah mereka tidak menuju Kerajaan-Nya. Terkait dengan hal ini, Tuhan Yesus menyatakan bahwa di mana harta kita berada di situ hati kita berada. Dalam hal ini memindahkan hati harus sudah dimulai sejak sekarang.

Kata cukup dalam teks aslinya di sini adalah arkesthesometha dari akar kata arkeo yang artinya be enough, be content, be sufficient. Kata yang bertalian dengan kata “rasa cukup” dalam ayat sebelumnya: Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Kata rasa cukup dalam teks aslinya autarkeias yang berarti contentment. Kata ibadah di sini adalah eusebeia yang artinya hidup saleh. Kehidupan saleh tanpa rasa cukup sia-sia. Kalau seseorang mau berlebihan, maka nafsu keserakahan ini akan membinasakan, dengan demikian kata ton arton emon ton epiousion (??? ????? ???? ??? ?????????) adalah jalan yang Tuhan ajarkan kepada kita agar kita terhindar dari kebinasaan. Kata secukupnya merupakan pagar agar kita tidak menyimpang dari jalan yang Tuhan menuju ke Kerajaan Bapa sebagai musafir. Tanpa mengerti dan menerima kata secukupnya seseorang tidak akan berhasrat menuju Kerajaan Bapa; tidak akan berjiwa musafir.

 

Kalau seorang anak Tuhan selalu merasa kurang berkenaan dengan hal bendani, maka hal itu menunjukkan bahwa ia belum sungguh-sungguh mengenal kekayaan dalam Kristus Yesus dan mengecap-Nya atau belum mengalami damai sejahtera Tuhan. Dalam hal ini orang percaya dipanggil untuk memahami betapa luar biasanya kekayaan yang terkandung dalam Kristus Yesus yaitu kasih, damai sejahtera dan hikmat yang Tuhan berikan serta kemuliaan yang akan kita terima baik selama hidup di dunia ini, maupun di balik kubur nanti. Dengan cara bagaimanakah kita dapat mengenal kekayaan Kristus? Dengan cara semakin mengenal Tuhan secara mendalam dan hidup dalam pergaulan dengan Tuhan. Pergaulan dengan Tuhan dapat diwujudkan melalui belajar Firman, pujian penyembahan, penyangkalan diri, pelayanan dan segenap hidup kita. Harus ada kerja keras untuk itu. Ini menuntut pertaruhan yang tinggi. Seseorang harus menujukan pikirannya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Harus ada waktu yang disediakan untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari. Setelah itu barulah seseorang dapat sungguh-sungguh mengecap-Nya.

Kalau seseorang selalu tidak merasa cukup dalam harta benda dunia, maka sebagai akibatnya adalah: Pertama, ia menjadi semakin serakah. Ia akan semakin haus terhadap kekayaan dunia dan segala kesenangan-kesenangannya. Pada akhirnya ia akan memiliki sikap hati yang kejam, sewenang-wenang, tidak takut Tuhan dan tidak memedulikan hukum-hukum-Nya. Dengan demikian ia tidak memiliki hasrat untuk menjauhi dosa. Ia tidak akan dapat mempermuliakan Allah, sebab yang ia muliakan adalah harta.

Kedua, tidak akan memiliki damai sejahtera yang sejati. Ia akan kehilangan sukacita hidup. Sekalipun hartanya berlimpah, kedudukan dan jabatannya tinggi, ia tidak memiliki sukacita hidup. 7 Sampai taraf tertentu ia tidak bisa menikmati Tuhan sama sekali. Hatinya menjadi tumpul dan pengertiannya gelap. Yang akhirnya, ia tidak akan dapat melayani Tuhan. Sebab ia hanya melayani dirinya sendiri dan menggunakan segala kesempatan, tenaga orang lain untuk keuntungannya sendiri. Orang seperti ini tidak akan melayani sesama. Kalau ia seorang penguasa, maka ia dapat mendatangkan bencana bagi bangsa dan negara atau sebuah komunitas yang besar. Kalau sudah demikian ia tidak tahu malu lagi melakukan pelanggaran terhadap sumpah jabatannya. Sebab baginya kekayaan itu yang terpenting. Di situlah pelabuhan dan kesukaan hidupnya.

“Kata ‘secukupnya’ merupakan pagar agar kita tidak menyimpang dari jalan Tuhan yang menuju ke Kerajaan Bapa.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *