Surat Gembala, 10 Juli 2016
Ketika seseorang menyatakan diri menerima Tuhan Yesus Kristus, itu berarti mengakui dan menerima bahwa Dia yang mencipta langit dan bumi, dengan segala isi dan sistem yang ada di dalam alam semesta ini, termasuk manusia. Sebagai orang percaya, pengakuan keyakinan terhadap Tuhan Yesus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia adalah sebuah kemutlakan. Ia adalah Logos atau Firman yang menjadikan manusia. Sebelum menjadi manusia yang disamakan dengan saudara-saudara-Nya, Tuhan Yesus adalah Allah Anak, Logos yang bersama-sama dengan Allah untuk menciptakan segala sesuatu yang sekarang ada (Yoh.1:1-3).
Nabi Mikha telah menubuatkan bahwa, “…seorang yang akan memerintah Israel yang permulaannya sudah ada sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mik. 5:2). Orang yang dimaksud dalam nubuatan tersebut adalah Tuhan Yesus Kristus. Ia sendiri menyatakan bahwa, sebelum turun ke bumi, Ia telah menerima (memiliki) kemuliaan, setelah kebangkitan-Nya, Ia kembali ke tempat di mana diri-Nya berasal, yaitu di sebelah kanan Allah Bapa, artinya menerima kuasa pemerintahan (Yoh. 17:5, 24).
Jadi ketika seseorang menerima Tuhan Yesus sebagai pemilik kehidupan berarti mengakui bahwa Dia adalah Allah, status dari pribadi dalam lembaga Elohim yang disebut YAHWE oleh bangsa Israel. Ini adalah kondisi yang sulit bagi kaum Yahudi di mana mereka memiliki konsep Allah yang mono secara matematis. Allah itu memang Esa, tetapi terdiri dari tiga Pribadi. Pertama, Allah Bapa, yang adalah sumber dari segala sesuatu dan pemilik segala kuasa, kemuliaan dan kerajaan. Kedua, Allah Anak, yang keluar dari Bapa dan menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Ketiga, Roh Allah yang melingkupi segala sesuatu sebagai representasi dari Allah Bapa dan Allah Anak. Penyataan dan penyingkapan Elohim yang adalah YAHWE yang dimiliki orang Yahudi belum terungkap sebelum Tuhan Yesus menyatakan-Nya. Kelak setelah Tuhan Yesus datang ke bumi barulah Ia memperkenalkan Bapa-Nya dan siapa diri-Nya (Yoh.1:18).
Keesaan Allah diformulakan oleh Alkitab dengan pernyataan: Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yoh.17:3). Dengan pernyataan sangatlah jelah bahwa Alkitab tidak membuka sedikit pun celah dan menutup rapat-rapat kemungkinan akan adanya utusan yang lain selain Tuhan Yesus Kristus. Allah hanya mengutus Tuhan Yesus dan bukan yang lain dan tidak ada siapa pun lagi. setelah kenaikan-Nya ke surga, maka hanya Roh Kudus yang meneruskan karya keselamatan, bukan yang lain. Roh Kudus sama dengan Roh Allah sendiri. Karena Roh Kudus juga Pribadi, karena hendak berkomunikasi dengan manusia yang berpribadi pula. Roh Kudus memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Bisa dipahami dan diterima kalau penyembahan yang ditujukan kepada Roh Kudus, ditujukan juga kepada Tuhan Yesus, akhirnya bermuara kepada Allah Bapa. Itu sebabnya, setiap orang yang berseru kepada Tuhan Yesus, Tuhan, Tuhan maka hendaknya mereka melakukan kehendak Bapa. Dengan demikian, orang tersebut akan mendapatkan kelayakan untuk masuk ke dalam kemuliaan Bapa-Nya (Mat. 7:21). Dari pernyataan Tuhan Yesus ini, dapat disimpulkan bahwa menerima Tuhan Yesus akan mendapatkan pengakuan secara sah oleh-Nya, jika disertai dengan melakukan kehendak Bapa-Nya. Jika seseorang berkeadaan seperti ini, artinya orang tersebut hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Pastikan bahwa kita tetap berada di dalam-Nya. Amin.
“Menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Tuhan, akan mendapatkan pengakuan secara sah oleh-Nya jika disertai dengan melakukan kehendak Bapa-Nya.”
Berita Terbaru