Ketika Tuhan Yesus memikul salib di sepanjang Via Dolorosa, orang-orang meratapi Dia. Tuhan Yesus berkata kepada mereka agar mereka menangisi diri mereka sendiri (Luk. 23:27-28). Pernyataan ini memuat pesan bahwa mereka harus mempersoalkan dalam diri mereka sendiri berkenaan dengan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus tersebut. Meratapi diri sendiri menunjuk kepada keadaan manusia yang sangat mengerikan. Keadaan yang tidak boleh dianggap ringan.
Dosa bukan saja membuat manusia hidup sengsara di bumi yang terkutuk sehingga mengalami kemiskinan, sakit penyakit dan berbagai penderitaan jiwa, tetapi manusia berkeadaan tidak seperti yang dirancang semula oleh Allah dan diancam keterpisahan dengan Allah selamanya. Inilah kebinasaan tersebut. Ini adalah keadaan mengerikan yang maha dahsyat yang tidak dapat digambarkan dengan cara bagaimana pun. Demi diri manusia itulah Tuhan Yesus mengalami semua penderitaan tersebut.
Nah, sekarang setelah Tuhan Yesus menyelesaikan karya keselamatan-Nya di kayu Salib, orang percaya harus menghargai anugerah yaitu kehidupan yang Tuhan telah berikan. Kehidupan yang berpotensi untuk dikembalikan ke rancangan semula Allah dan berkesempatan untuk bisa bersama dengan Tuhan Yesus Sang Pencipta serta dengan Allah Bapa. Pernyataan Tuhan: ”..tangisilah dirimu sendiri”, sekarang berlanjut dengan kalimat: “Hargailah hidup yang Kuberikan kepadamu”. Dari salib dan penderitaan tersebut itulah kita menemukan value atau nilai hidup ini, sebab tanpa pengorbanan-Nya hidup ini tidak bernilai sama sekali.
Memandang salib dan penderitaan yang Dia alami, akan terdengar suara-Nya: “Jangan menghargai apa pun dan siapa pun lebih dari pengorbanan-Ku ini”. Orang percaya yang mengerti kebenaran dan bertumbuh dewasa tidak akan memandang pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai berkat keselamatan yang memiliki value atau nilai tinggi, sebab jika demikian maka akan jatuh dalam dosa (meleset; hamartia; ???????). Ini berarti kembali kepada cara berpikir manusia berdosa.
Injil yang benar dari Tuhan Yesus Kristus membuka pikiran manusia untuk memahami kenyataan betapa mengerikannya keadaan manusia, sehingga harus menangisi diri sendiri dan selanjutnya menghargai hidup yang Tuhan berikan. Dengan cara bagaimana kita menghargai hidup yang Tuhan berikan? Dengan cara berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi manusia Allah sesuai dengan rencana Allah semula dan mempersiapkan diri memasuki Kerajaan-Nya, selanjutnya berusaha mengajak orang lain juga. – Solagracia –
Berita Terbaru