Pelajaran Dari Kisah Yunus

HomeBlogPelajaran Dari Kisah Yunus

Surat Gembala, 28 Januari 2016

Semua kita, pasti sudah mendengar dan membaca kisah tentang Yunus. Menarik untuk dipelajari kisah Yunus ini. Disana disebutkan nama Yunus bin Amitai. Nama Yunus artinya merpati, anak dari Amitai, yang artinya kebenaranku. Ketika orang tua memberikan sebuah nama kepada anaknya, pasti memiliki harapan supaya anaknya bersifat seperti namanya. Sifat merpati adalah setia. Tentu orang tua Yunus berharap anaknya memiliki sifat setia seperti merpati. Jika orangtuanya memiliki arti kebenaranku, maka Yunus diharapkan setia kepada kebenaran.

Tema kitab Yunus adalah, “betapa besar kasih Allah kepada orang berdosa dan orang yang tidak setia.” Disebutkan dalam kisah tersebut, bahwa Ia diutus Allah untuk menyampaikan berita pertobatan kepada kota Niniwe (ibukota Asyur). Bangsa Asyur terkenal kejam dan bengis, Tuhan mengkalimatkannya sebagai kota yang “tidak tahu membedakan tangan kanan dan tangan kiri.” Allah telah memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan, tetapi Ia juga memerhatikan bangsa Asyur yang jahat.

Ketika Yunus diperintahkan Allah untuk pergi ke Niniwe, ia justru pergi ke Tarsis karena sebenarnya ia tidak rela jika penduduk kota Niniwe bertobat. Ada sudut pandang yang berbeda antara Allah dan Yunus. Allah melihat dalam kasih-Nya, menghendaki Niniwe bertobat dari kejahatannya, tetapi Yunus melihat Niniwe yang jahat dan kafir harus dihukum. Yunus memahami, hanya bangsa Israel lah yang layak mendapatkan keselamatan. Untuk itu, Yunus lari ke Tarsis (4500 km kearah barat sampai dekat ke Spanyol.) Yunus berpikir, bahwa ia telah lari jauh dari jangkauan Allah, tetapi sebenarnya tidak demikian. Angin badai dikirim oleh Allah untuk menghempas perahu yang ditumpangi Yunus, sehingga membuat seluruh awak kapal ketakutan dan mencari penyebabnya. Walaupun Yunus tidur nyenyak diruang paling bawah kapal tersebut, Allah tetap menjangkaunya dan akhirnya ia pun masuk undi dan dibuang ke dalam laut. Adalah kasih Tuhan kepada Yunus ketika Tuhan mengirimkan seekor ikan besar dan menelannya, dan bukan memangsanya. Tuhan tidak menghendaki kematian Yunus, sehingga bukan ikan kecil yang dikirim-Nya yang bisa memangsa habis tubuh Yunus.

 

Ada lima pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Yunus ini. Pertama, dalam proses pengampunan dan penghukuman, Tuhan memiliki cara komunikasi yang sangat terhormat, yaitu selalu mengedepankan didikan dan hajaran yang bertujuan kepada pertobatan seseorang, ikan besar yang telah menelan Yunus, tidak membuat ia mati, tetapi justru dipakai Tuhan untuk menyadarkan Yunus sebagai alat-Nya. Kedua, bahwa jika Allah menghendaki, tidak ada seorang pun atau sesuatu pun yang dapat menggagalkannya. Ketiga, walaupun Tuhan memakai seseorang untuk menjadi alat-Nya, Ia tidak pernah memaksa seseorang untuk bertobat, yang Ia lakukan hanyalah memperingatkan. Keempat, Allah tetap setia walaupun manusia tidak setia (2Tim.6:11). Lima, sifat Allah yang kasih, tak terhalang oleh kebaikan atau kejahatan manusia. Keselamatan pribadi adalah pilihan, bukan penentuan dari Allah. Niniwe akhirnya bertobat atas kesadaran mereka sendiri melalui kesediaan Yunus dipakai Tuhan, tetapi keselamatan pribadi Yunus adalah pilihannya sendiri.

Siapakah kita sehingga kita tidak rela orang lain selamat. Mungkin kita tidak seekstrim Yunus, tetapi sikap dingin kita terhadap keselamatan orang lain, telah menunjukan bahwa diri kita tidak sejalan dengan rencana keselamatan Tuhan bagi manusia. Sering kali sakit hati telah membutakan mata hati kita, sehingga tidak mampu melihat kasih Tuhan kepada orang lain. Pengampunan Bapa terhadap kita, memiliki kaitan erat dengan pengampunan kita terhadap orang lain (Mat.18:32-35). Miliki cara pandang Tuhan. Amin.

“Sikap dingin kita terhadap keselamatan orang lain, telah menunjukan bahwa diri kita tidak sejalan dengan rencana keselamatan Tuhan bagi manusia…”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *