Surat Gembala, 18 Oktober 2015
Kalimat “percaya walau tidak melihat” muncul saat Tuhan Yesus memberi komentar atas sikap Tomas yang menuntut bukti (Yoh. 20:24). Rupanya, Tomas memiliki masalah khusus dengan percayanya (Yoh. 11:14-16). Ironis memang sudah demikian lama mengiring Tuhan kemana pergi, masih juga belum bisa memercayai Tuhan dengan santun.
Dimana ada keyakinan, pada saat yang sama keraguan juga mendampinginya. Mengapa demikian? Manusia adalah makhluk fisik, dimana segala sesuatu diukur dari apa yang kelihatan. Ada hal prinsip yang harus dipahami, bahwa Allah itu Roh yang sampai kapanpun tidak akan kelihatan. Kitalah yang harus menyadari siapa kita di hadapan-Nya, itulah iman. Iman yang dewasa adalah iman yang dapat dipercayai Tuhan, apalagi dengan menuntut bukti fisik. Penyerahan diri secara total bahkan nyawa seperti Lazarus itu standar yang benar, bukan seperti Tomas dimana sampai pada hari Tuhan bangkit masih menuntut bukti. Tetapi Puji Tuhan, sejarah mencatat, akhirnya Tomas dapat membuktikan kalimatnya, yakni mati bersama Tuhan di India sebagai pahlawan Injil. Memercayai Tuhan tanpa menuntut bukti merupakan tolok ukur kedewasaan iman seseorang. Seorang calon mempelai akan menjalani pernikahannya tanpa harus menuntut bukti di awal pernikahannya, tetapi dituntut untuk memercayai calon pasangannya dengan komitmen saling memberikan kebahagiaan, bukan mencari kebahagiaan.
Tuhan telah menyelesaikan bagian-Nya dengan sempurna, yaitu demi membahagiakan calon mempelai-Nya, ia telah mengorbankan nyawa-Nya. Lalu, apa yang sudah kita berikan kepada-Nya sebagai bukti kesediaan kita menjadi calon mempelai-Nya? Sangat tidak wajar jika kita masih menuntut bukti sementara kita tidak pernah bersedia membuktikan percaya kita kepada-Nya. Satu hal yang membuat seseorang menuntut bukti akan adanya Tuhan, yaitu mendahulukan keinginannya yang dianggap sebagai kebutuhan utama. Seseorang harus tahu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Jika hidup ini hanya di dasarkan kepada yang kita butuhkan, maka kita tidak kuatir dan menuntut pembuktian lagi. Semangat percaya yang kita kobarkan hendaknya adalah berserah total kepada apa yang Tuhan kehendaki. Seringkali Tuhan membawa kita kepada lorong gelap yang seakan Dia tidak ada disana, sebenarnya momen itu digunakan Tuhan untuk melatih kita dapat dipercayai dan memercayai-Nya. Jangan menjadi minder ketika ada orang-orang diluar sana mampu membuktikan tuhannya hebat dengan membuat mukjizat yang spektakuler. Camkan bahwa, kehebatan Tuhan kita bukan terletak pada mukjizat yang Ia perbuat, tetapi kepada komitmen-Nya dimana Ia mau mengosongkan diri-Nya dari keserupaan-Nya dengan Allah Bapa dan memilih mengambil rupa manusia dan sebagai hamba sampai taat dan mati di kayu salib (Fil. 2:10). Dengan memahami kenyataan keagungan Tuhan ini, bagaimanakah sikap kita? Apakah kita masih menuntut bukti? Segera putuskan dengan bijak. Amin
“Seringkali Tuhan membawa kita kepada lorong gelap yang seakan Dia tidak ada disana, sebenarnya momen itu digunakan Tuhan untuk melatih kita dapat dipercayai dan memercayai-Nya.”
Berita Terbaru