Orang percaya bukan hanya berusaha untuk tidak berbuat suatu kesalahan baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, tetapi orang percaya juga berusaha untuk terus bergerak mencapai suatu level kehidupan yang berpotensi selalu melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah. Selalu melakukan kehendak Bapa berarti tidak ada peluang lagi untuk berbuat sesuatu yang tidak “pas” di hati Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Potensi ini bisa dimiliki melalui perjalanan panjang dan perjuangan berat. Untuk meraih ini bukanlah karunia saja, tetapi kerja keras yang melibatkan seluruh potensi dan waktu hidup ini. Untuk ini segala sesuatu yang lain harus ditempatkan pada urutan belakang. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus bahwa untuk dapat menjadi murid-Nya seseorang harus melepaskan segala sesuatu (Luk. 14:33).
Mengembangkan potensi untuk selalu melakukan kehendak Bapa harus mengorbankan segala sesuatu. Jiwa kita harus merasa tidak tenang sebelum dengan yakin bahwa posisinya ada di dalam kehendak Allah atau ada di level yang memuaskan hati Bapa di Sorga. Sesungguhnya inilah yang disebut sebagai “perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1). Perlombaan inilah yang membawa orang percaya kepada kehidupan iman yang sempurna, artinya kualitas hidup seperti Tuhan Yesus sendiri (Ibr. 12:2-3).
Bapa di Sorga akan menuntun kita agar kita menjadi anak-anak yang sah (huios) yang berkeadaan seperti Anak Tunggalnya (Ibr. 12:4-9), yang akhirnya kita bisa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr. 12:9). Perlombaan inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes “supaya mereka menjadi anak-anak Allah”. Seseorang tidak akan dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau tidak mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Petrus mengkalimatkan dengan kalimat “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2Ptr. 1:3-4).
Seseorang dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau mengenakan kodrat Ilahi, luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan. Setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, kita disadarkan bahwa kita masih memiliki “kodrat manusia” yang memuat hawa nafsu dunia yang membinasakan. Perlombaan ini haruslah menjadi satu-satunya kesibukan hidup yang menyita seluruh perhatian dan energi kita. Segala sesuatu yang lain dilakukan sebagai dukungan terhadap proyek yang berdampak kekal ini. Perlombaan ini hanya dialami oleh orang-orang yang hidup dalam Perjanjian Baru, yaitu mereka yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. – Solagracia –
Berita Terbaru