Surat Gembala, 1 November 2015
Sekiranya manusia mau jujur, sesungguhnya semua tahu bahwa dunia dimana mereka hidup akan mengalami krisis yang dahsyat. Para ilmuan telah berupaya untuk mengantisipasi hal tersebut. Mereka, termasuk yang atheis sekalipun memikirkan krisisnya dunia ke depan. Mereka menjelajah mars, dan planet-planet lain dengan harapan menemukan kehidupan. Tetapi sayang, mereka menganggap semua itu tidak ada hubungannya dengan realitas kekekalan dan Tuhan.
Tuhan itu nyata, keberadaan-Nya begitu agung dan memukau. Pernahkah kita membayangkan berada dalam antrian panjang, dimana tidak nampak ujungnya. Tetapi kita sadar itu adalah antrian menuju kepada takhta pengadilan Allah yang dahsyat. Sementara kita dapatidi dalam diri ada sederet daftar dosa, yang tidak mungkin bisa diperbaiki lagi, dan kita tahu vonis apa yang akan diberikan kepada kita. Kira-kira apa yang akan terjadi di dalam hati dan pikiran kita? Yang pasti kita sudah tidak mampu berdiri, seluruh persendian mau lepas rasanya, dan selebihnya kita bisa bayangkan bagaimana perasaan kita.
Ingatkah kita tentang peristiwa, ketika Tuhan Yesus hendak masuk ke dalam kematian dimana Ia terpisah dengan Allah Bapa? Betapa itu sebuah kengerian yang mencekam, sampai ketika Ia berdoa keringat-Nya pun menetes seperti darah. Yang Ia takutkan bukan rasa sakit diatas kayu salib, tetapi keterpisahan dengan Allah Bapa, inilah yang membuat Dia sampai berteriak, Bapa-Ku, Bapa-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mar. 15:34)
Kodrat dosa yang telah diwariskan oleh Adam telah membuat hidup manusia berjalan berlawanan arah dengan Allah. Iblis memanfaatkan keadaan ini, sebagaimana yang ia lakukan kepada Tuhan Yesus ketika mengenakan tubuh daging yang berpotensi dosa. Iblis hendak menggeser fokus Tuhan Yesus kepada kenyamanan kerajaan di bumi. Hal itu pula yang ia lakukan kepada umat manusia. Manusia dijatuhkan dari realitas kekekalan. Seakan-akan di bumi inilah kenyamanan hidup yang tak akan berakhir. Mari kita sadar! Di balik langit biru ada dunia baru yang bersifat kekal yang harus kita masuki.
Realitas kekekalan ada dua. Pertama, binasa kekal di dalam neraka. Kedua, kekal bersama dengan Allah Bapa, dimana Kristus duduk disebelah kanan-Nya untuk memerintah. Kekekalan mana yang kelak akan kita tempati, hari ini sepertinya sudah bisa kita ketahui dari cara hidup yang kita jalani. Waktu hidup yang Tuhan sediakan bagi kita tidak banyak, dan itupun bisa dihentikan kapan saja. Perpisahaan seringkali membuat hati pilu, padahal tiga tahun mendatang akan bertemu kembali. Demi tugas mulia, Tuhan Yesus pernah mengalaminya dan hal itu sangat menyesakkan hati-Nya. Kiranya cukup Dia saja yang mengalami hal itu.
Bumi dimana kita hidup ini pasti hancur, oleh sebab itu marilah kita bergegas dan berkemas dengan melepaskan segala beban dan dosa. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak mengalami masalah hidup. Tetapi bersyukurlah kita, karena segala sesuatu yang kita alami adalah cara Tuhan untuk mempersiapkan kita untuk memasuki realita kekekalan bersama dengan Dia selama-lamanya. Pastikan hari ini kita ada di sana. Amin.
“Bersyukurlah untuk segala masalah hidup yang terjadi, karena hal tersebut merupakan cara Tuhan untuk mempersiapkan kita dalam memasuki realita kekekalan bersama dengan Dia.”
Berita Terbaru