Surat Gembala, 11 Oktober 2015
Hanya ada satu cara untuk menjadi pintar dan cerdas, yaitu belajar. Rumus menjadi cerdas bukanlah, malas ditambah keberuntungan, tetapi , tekun ditambah sabar dan rajin maka, hasilnya cerdas. Amsal 5:11 berkata, “..kalau daging dan tubuhmu habis…, lalu engkau berkata, “Ah, mengapa aku benci kepada didikan dan menolak teguran.” ( Ams. 5:11-13 ).
Tuhan menghendaki supaya anak-anak-Nya menjadi orang yang memiliki bukan saja kecerdasan intelektual, tapi lebih dari itu, yaitu kecerdasan roh. Ingat! Seharusnya manusia dikendalikan oleh rohnya, tetapi akibat dosa, roh manusia menjadi tak berdaya mengatasi keinginan daging, dan akhirnya keinginan daginglah yang menguasai hidup manusia. Mengapa demikian? Akibat dosa, roh manusia tidak memiliki keselarasan dengan Roh Allah, sedangkan Allah itu Roh adanya dan manusia daging (Kej. 6:3 , 2Kor. 3:17).
Keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya (Rm. 8:7). Tetapi telah nyata kasih Allah kepada seluruh umat manusia, yaitu penebusan dosa oleh darah Anak Tunggal-Nya sebagai pendamai antara kedua belah pihak (Ef. 2:14). Oleh sebab itu, sudah sepantasnya jika Tuhan Yesus menghendaki kita kembali berwatak seperti Bapa di sorga, karena Dia telah membuka kembali kemungkinan itu. Hal ini adalah standar saja, karena memang untuk itulah maksud dan tujuan penciptaan Adam.
Memahami akan hal tersebut, maka sekarang kita tahu maksud dan tujuan kita hidup, yaitu serupa dan segambar dengan Allah, atau sempurna seperti Bapa. Mari kita coba berhenti untuk berdalih, dengan mengangkat segala permasalahn hidup sehingga seakan-akan itu menjadi pergumulan satu-satunya yang layak kita bawa kepada Tuhan. Tuhan sanggup membuat seseorang kaya dalam sekejap, tetapi tidak bisa mengubah watak seseorang dalam sekejap menjadi sempurna. Ketika Tuhan Yesus menjadi manusia, untuk menjadi sempurna Ia pun belajar taat dalam penderitaan-Nya (Ibr. 5:8)
Dalam sebuah proses belajar mengajar, harus ada sebuah sistem yang di dalamnya ada kurikulum. Tujuan dari sekolah bukan sekedar mencerdaskan manusia, tetapi memanusiakan manusia. Jadi adalah ironis memang, jika setelah manusia menjadi cerdas ternyata hanya untuk mencari uang demi kenyamanan hidup semata. Sekolah kehidupan yang Tuhan canangkan bertujuan, memanusiakan manusia yang manusiawi menjadi manusia ilahi. Tuhan menghendaki, hasil dari pengenalan kita terhadap diri-Nya adalah supaya menjadi manusia saleh, yang berkodrat ilahi, sehingga luput dari hawa nafsu duniawi (1Ptr. 1:3-11).
Kita tegaskan kembali bahwa, komitmen gereja kita adalah pusat pembelajaran Alkitab, sehingga kita bisa memahami Firman Tuhan dengan benar dan sanggup menjalani sekolah kehidupan dengan baik. Jika sudah demikian, visi gereja kita adalah “membangun umat kerajaan Allah dalam kebenaran” akan terwujud dengan baik. Kebenaran dan keteladanan tidak boleh hanya menjadi jargon belaka, tetapi harus menjadi hidup nyata kita semua.
Memang kita adalah anak-anak Allah, tetapi bagaimana kelak keadaan kita akan nyata ketika, Kristus sang Guru Agung menyatakan diri-Nya kelak. Oleh karena itu, selama masih bernafas, mari kita memberi diri untuk dididik oleh-Nya (1Yoh. 3:2). Selamat belajar. Amin.
“Tuhan menghendaki, hasil dari pengenalan kita terhadap diri-Nya adalah supaya menjadi manusia saleh, yang berkodrat ilahi, sehingga luput dari hawa nafsu duniawi”
Berita Terbaru