Terpanggil dan Terpilih

HomeBlogTerpanggil dan Terpilih

Surat Gembala, 21 Maret 2016

 

Wahyu 17:14 “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih, dan yang setia.”

Orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk dijadikan laskar-Nya untuk bersama-sama mengalahkan penguasa-penguasa kegelapan (Why. 17:12-13). Menarik untuk dicermati kata “terpanggil” di dalam Wahyu 17:14. Kata terpanggil di teks aslinya menggunakan kata kletoscalled (KJV), yang dapat diartikan telah dipanggil atau diberikan kepercayaan dan diharapkan untuk merespon panggilan itu dengan rasa bertanggung jawab untuk memikul bersama-sama. Kata ‘terpanggil’ menurut KBBI online, 2016, berasal dari kata, panggil, berarti memanggil, mengajak, dengan menyerukan nama dan sebagainya. Kata ‘terpanggil’ memiliki arti, sudah dipanggil, sudah disebut namanya: merasa berkewajiban atau bertanggung jawab.

Genderang perang telah dibunyikan sejak lama oleh Tuhan, yaitu genderang perang untuk membinasakan perbuatan Iblis (1 Yoh. 3:8). Dengan kematian Tuhan Yesus di atas salib, merupakan bukti kemenangan Kerajaan Allah atas Iblis dan Kerajaan Maut (Wah. 1:18). Hanya orang yang percaya kepada-Nya (merespon panggilan-Nya) yang akan luput dari maut (Yoh. 5;24). Secara de jure, Iblis telah dikalahkan dan vonis sudah dijatuhkan kepadanya, tetapi Iblis belum dieksekusi menunggu sampai kedatangan Anak Manusia yang kedua kali. Ada jeda waktu sejak vonis atas Iblis dijatuhkan sampai hari pengeksekusiannya. Rentang waktu inilah yang menjadi titik rawan bagi orang percaya. Rentang waktu ini yang digunakan oleh Iblis untuk memberikan perlawanan terhadap keputusan Allah, sampai eksekusi tiba. Apa yang Iblis kerjakan dalam rentang aktu ini?

 

Iblis masih melihat adanya celah untuk mengumpulkan sekutunya (Wah. 17:14). Manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan kepada siapa ia bersekutu dan memilih tuannya, kepada Tuhan atau Iblis. Iblis tahu bahwa, sudah tidak mungkin dapat melawan Allah, tetapi paling tidak dengan membangun sekutunya, Iblis masih dapat menunjukkan bahwa ia masih memiliki pengaruh yang kuat kepada manusia. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya, kita harus waspada dengan cara kerja Iblis. Teror kekerasan yang Iblis lakukan seperti yang terjadi di wilayah Timur Tengah hari ini, atau wilayah-wilayah tertentu di tanah air, sedapat mungkin masih dapat dihindari. Tentunya pernyataan ini tidak bermaksud untuk mengurangi rasa keprihatinan kita kepada saudara-saudara kita yang sedang mengalaminya, namun jika kita boleh jujur, ada satu teror yang Iblis lebih membawa kepada maut, yaitu kenikmatan hidup di dunia sampai orang percaya terlena akan panggilannya sebagai laskar Kristus. Semangat juang orang percaya dilemahkan secara laten oleh Iblis, dan maaf, justru selama ini tanpa disadari, banyak pembicara dan gereja menjadi agen Iblis dengan mengajarkan fokus kepada kesuksesan hidup di bumi ini. Apakah akan kita anggap sepi, keteladanan Tuhan Yesus ketika ia menolak tawaran Iblis dan mengusirnya waktu Tuhan Yesus diminta untuk menyembahnya dengan imbalan kemuliaan kerajaan dunia? (Mat. 4:10).

Iblis tahu bagaimana menjatuhkan manusia, yaitu melalui keinginan untuk menikmati dunia. Untuk menyikapi hal ini, mari kita renungkan, kepada siapa kita berpihak? Keberpihakan kita kepada Allah, dapat kita lihat dari cara kita menyelenggarakan hidup dalam keseharian kita. Itulah sebabnya perhatikan ungkapan Tuhan Yesus dan Paulus dalam Mat. 16:26, Kol. 3:5, Ef. 4:27, Yak. 4:4. Pastikan diri kita terpanggil dan dipilih oleh Tuhan untuk menjadi bagian dalam laskar-Nya. Amin.

“Keberpihakan kita kepada Allah, dapat kita lihat dari cara kita menyelenggarakan hidup dalam keseharian kita.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *