Surat Gembala, 19 Juni 2016
Allah adalah pribadi yang maha kuasa yang di dalam-Nya terdapat kasih dan keadilan yang sempurna. Tidak ada celah sedikit pun untuk meragukan-Nya. Namun demikian, banyak orang, salah berpendapat tentang Allah. Mereka menganggap Allah telah pilih kasih dalam menerapkan kasih-Nya dengan menunjukkan bangsa Israel sebagai umat pilihan. Harus kita pahami, arti pemilihan Israel (yang di kemudian hari dikenal sebagai bangsa Yahudi) sebagai umat pilihan sebagai perwujudan terhadap kasih Allah terhadap individu per individu. Bangsa Yahudi tidak lebih baik dari bangsa-bangsa sekitarnya pada waktu itu, tetapi pemilihan bangsa Yahudi merupakan hak prerogatif Allah secara mutlak. Jika demikian, apakah Allah otoriter? Tentu tidak. Dasar pemilihan Allah terhadap bangsa Israel atau Yahudi adalah sifat kasih yang ada pada diri Allah itu sendiri. Apa maksudnya? Allah adalah Bapa dari segala roh, dan manusia adalah mahkluk yang telah mewarisinya secara lengkap yaitu, segambar (memilik potensi pikiran, perasaan, kehendak, hakekat kerja serta kekal) dan serupa (berkualitas tapi bukan sekualitas) seperti Allah. Itu semua Allah berikan kepada setiap individu melalui garis keturunan Adam (sebelum jatuh dalam dosa manusia diharapkan sebagai mahkluk yang bersifat God centric) tanpa pandang bulu. Akibat jatuh dalam dosa, kualitas potensi yang Allah berikan kepada manusia telah merosot bahkan rusak (self centric). Allah tidak mungkin berdiam diri melihat keadaan ini. Oleh sebab itu, Allah mengupayakan agar semua manusia yang pernah hidup di muka bumi ini (dari mulai Adam sampai manusia terakhir kelak) dapat kembali kepada rancangan-Nya yang semula.
Allah tidak mungkin mengasihi orang Yahudi secara individu melebihi kasih-Nya dari bangsa lain, terbukti Allah mengendaki penduduk kota Niniwe bertobat. Eksklusifitas bangsa Israel hanya terletak pada komunitas mereka sebagai pewaris pengenalan akan Allah dan bangsa yang melahirkan Mesias. Dari bangsa Yahudi inilah Allah bermaksud agar semua manusia dapat mengenal Allah yang benar yang menciptakan langit dan bumi serta memperoleh keselamatan di dalam Kristus. Tuhan Yesus telah mati untuk menebus manusia dari hukum maut dan hukum dosa agar kembali segambar dan serupa dengan Kristus adalah bukti dari kasih Allah untuk semua manusia (individu). Demi kasih-Nya kepada seluruh umat manusia, maka Ia menggarap hidup baik orang Yahudi maupun non Yahudi, orang Kristen dan non Kristen.
Melalui karya-Nya secara umum, yaitu penciptaan alam semesta dan setiap peristiwa hidup sejatinya Allah hendak berurusan dengan manusia secara individu. Atas dasar kasih sayang-Nyalah, maka Allah menghadirkan segala keadaan dan pencobaan bagi setiap kita sebagai cara Allah menggarap hidup kita agar serupa dengan gambaran Anak-Nya (Rom.8:28-30). Manusia mewarisi sifat kekal Allah, tetapi karena dosa, maka harus mengalami kematian fisik. Tidak hanya itu saja, manusia juga akan binasa kekal jika tidak diselamatkan di dalam Kristus. Oleh sebab yaitu, pastikan kita tetap di dalam penggarapan Tuhan yang merupakan perwujudan akan kasih Allah kepada setiap kita, sehingga dengan cara demikian, kelak kita akan kembali bersama-sama dengan Dia di dalam kasih-Nya yang abadi . Inilah kasih Allah yang sebenarnya. Amin.
“Melalui segala keadaan dan pencobaan, Allah menggarap hidup kita agar menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.”
Berita Terbaru