Ukuran Keberhasilan Manusia

HomeBlogUkuran Keberhasilan Manusia

Surat Gembala, 30 Agustus 2015

Sukses adalah impian semua orang, tiap orang memiliki konsep yang berbeda perihal sukses atau berhasil. Manusia digerakkan oleh pemahaman yang didapat dari apa yang masuk ke dalam pikiran melalui mata dan telinga. Yang dipahami manusia pada umumnya tentang sukses adalah, bila dapat menikmati dunia sebanyak mungkin. Jika hartanya meningkat, karirnya bagus, berprestasi dalam bidang tertentu dan sebagainya, itulah yang dianggap sukses. Atas dasar inilah seseorang rela mengerahkan seluruh potensi hidupnya. Kecenderungan seseorang yang bersikap demikian jika tidak hati-hati maka akan menimbulkan dampak negatif dan kita tahu akan hal itu, tetapi tidak banyak orang yang memperdulikannya. Segala cara ditempuh, yang penting ‘sukses’ tanpa menghiraukan sikap dan hati nurani.

Sebagai anak-anak Tuhan, diajarkan untuk berbeda dengan dunia dan mengalami perubahan pola pikir (Rom. 12:2). Jika anak-anak dunia mengukur kesuksesannya dengan hal-hal yang bersifat materi, tetapi tidaklah demikian dengan anak-anak Tuhan. Ukuran sukses anak Tuhan adalah; Hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Anak Tuhan dituntut untuk menemukan tempatnya di hadapan Tuhan sehingga pengabdiannya akan efektif seperti yang Tuhan Yesus telah kerjakan. Jadi ukuran sukses yang kita bangun harus didasari oleh apa yang Tuhan Yesus peragakan. Jika kepercayaan seseorang kepada Tuhan dibangun atas dasar hal-hal materi, maka pada titik tertentu akan mengalami kegusaran karena melihat orang fasik hidupnya sukses seperti yang pernah diamati oleh Asaf (Mzm. 73:1-28).

Paulus berkata, “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul”(1 Kor. 9:26). Seorang pelari harus memahami apa yang harus ia kerjakan, jarak dan waktu tempuh. Seorang pelari harus lari secepat-cepatnya, bukan jalan santai, karena lawannya pun berlari sedemikian rupa. Untuk mampu menjatuhkan lawan dalam sekali pukulan, seorang petinju memerlukan seribu kali latihan memukul. Hidup ini harus bergumul untuk mencapai garis akhir yang Tuhan tetapkan, yaitu sempurna (Yun: Teleios = dewasa, lengkap, atau matang). Hal ini harus digumuli secara serius di dalam seluruh aspek hidup kita. Jangan sampai pencarian kita akan makan, minum, dan pakai mengeser kita dari jalur sukses yang sesungguhnya, yaitu sempurna seperti Bapa.

Seseorang yang arah hidupnya sudah benar, ia harus terus menerus menjaga dirinya agar tidak keluar dari jalur yang Tuhan telah tetapkan. “..aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Yesus Kristus” (Fil.3:13-14).Keberhasilan yang dimiliki anak Tuhan harus berkait langsung dengan kekekalan bersama Bapa. Ada 3 hal yang harus kita ketahui berkaitan dengan hal tersebut. Pertama, bersama Bapa di kekekalan, dosa tidak lagi berkuasa, maka segala potensi dosa harus kita matikan. Kedua, seluruh potensi hidup hanya untuk kepentingan-Nya, hal itu dimulai dengan melatih diri untuk hidup bagi sesama. Ketiga, mengarahkan sepenuhnya kepada perwujudan fisik Kerajaan Allah, dengan demikian kita terus melatih diri menghayati kehadiran Tuhan setiap hari. Umat pilihan harus terus bertumbuh seperti Kristus, itulah sukses sejati yang tidak pernah bisa dunia berikan. Kebutuhanmu menentukan arah suksesmu. Amin.

“Ukuran sukses anak Tuhan adalah; Hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan pengabdian kepada-Nya.”

Written by

The author didnt add any Information to his profile yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *